Para pemimpin dunia bereaksi atas hasil pemilu paruh waktu Amerika, sementara mitra dan saingan Amerika mencoba memperkirakan apa arti Partai Demokrat, mayoritas baru di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), bagi masa depan agenda kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump dalam tahun-tahun mendatang.
Setelah jelas bahwa mereka memenangkan mayoritas di DPR Selasa malam, Partai Demokrat meluapkan kegembiraan – sementara Nancy Pelosi, ketua fraksi Demokrat yang minoritas di DPR, menyatakan "hari baru di Amerika."
Apakah ini juga hari baru bagi kebijakan luar negeri Amerika? “Tidak”, cetus Profesor Peter Trubowitz, direktur Pusat Kajian Amerika di London School of Economics and Political Science.
“Pertunjukan utama yang dimainkan Donald Trump saat ini adalah sisi kebijakan luar negeri, di mana ia memiliki lebih banyak wewenang dan ruang untuk bermanuver dibandingkan pada sisi dalam negeri. Jadi, saya malah memperkirakan Trump akan lebih keras mengenai perdagangan dengan China, terhadap Iran, dan mengenai perbatasan dengan Meksiko,” katanya.
Trubowitz mengatakan Demokrat mungkin mendukung sikap Trump terhadap China. Amerika mengenakan tarif impor barang-barang dari China senilai 250 miliar dolar, dan menuduh negara itu melakukan praktik perdagangan yang tidak adil. Pejabat-pejabat China tidak memberi komentar atas hasil pemilu itu.
Eropa juga mengkhawatirkan tarif yang diberlakukan Amerika terhadap ekspor utamanya, seperti mobil. Menteri luar negeri Jerman, Heiko Maas, hari Rabu mengatakan, hasil pemilihan itu sepertinya tidak akan meredakan ketegangan.
Kepada wartawan, Maas mengatakan, "Di seberang Atlantik sini, kita harus mendapat jawaban bagi motto Amerika: 'Amerika dulu', yang bagi saya haruslah ‘Eropa bersatu," kata Maas.
Para pemimpin Eropa lain memuji jumlah perempuan yang terpilih di DPR.
Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan hubungan dengan Amerika tidak akan berubah – sementara akan sulit menjadikannya lebih buruk.
Di Timur Tengah, Israel mendesak Presiden Trump agar tidak membiarkan kekalahan dalam pemilu ini untuk menggagalkan rencana perdamaian di kawasan itu. Nabil Shaath, penasihat
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mendesakkan perubahan kebijakan Amerika. Ia mengatakan, "Partai Demokrat di Amerika semakin mendekati posisi yang bisa mengarah pada akhirnya ke proses perdamaian."
Para pemimpin dunia, menurut analis Trubowitz, kini bertanya-tanya apa yang selanjutnya akan terjadi di Amerika. (ka)