Operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Jepang Selatan terpaksa menutup salah satu reaktornya hari Senin karena gagal memenuhi tenggat untuk menambahkan fasilitas keselamatan antiteror yang wajib dilakukan setelah bencana nuklir Fukushima.
Kyushu Electric Power Co. menutup reaktor nomor 1 di PLTN Sendai di prefektura Kagoshima di Jepang Selatan. Ini menjadi reaktor pertama yang ditutup karena keterlambatannya memenuhi peraturan-peraturan baru itu.
Perusahaan tersebut memulai inspeksi regular yang lebih cepat daripada yang dijadwalkan pada hari Senin untuk memenuhi ketentuan tersebut, termasuk di antaranya langkah-langkah keselamatan. Kyushu Electric juga akan menutup reaktor lainnya di PLTN Sendai pada bulan Mei karena gagal memenuhi ketentuan itu. Ini berarti separuh dari sembilan reaktornya akan dimatikan karena keterlambatan itu.
Kyushu Electric bukan satu-satunya PLTN yang mengalami keterlambatan. Kansai Electric Power Co. diperkirakan akan menutup dua reaktornya di PLTN Takahama di bagian barat Jepang pada Agustus dan Oktober mendatang.
Ketentuan mengenai keselamatan antiterror diberlakukan pada tahun 2013 setelah krisis nuklir Fukushima pada Maret 2011 yang mengungkapkan kurangnya budaya keselamatan dan transparansi yang signifikan di kalangan operator PLTN, lemahnya pengawasan oleh regulator, yang mendorong perubahan dan perombakan penting.
Regulasi pascakrisis Fukushima mewajibkan pengelola PLTN untuk membangun fasilitas-fasilitas untuk situasi darurat, seperti kemungkinan serangan terror dan kecelakaan pesawat dalam jangka lima tahun setelah disetujuinya rencana pembangunan PLTN oleh Otoritas Regulasi Nuklir.
Kyushu Electric menargetkan untuk memenuhi ketentuan itu dan menuntaskan langkah-langkah keselamatan lainnya yang diperlukan serta mengoperasikan kembali reaktor itu selambatnya akhir tahun ini. [uh/ab]