Badan urusan obat-obatan Uni Eorpa (European Medicines Agency/EMA), Selasa (4/5), mengumumkan pihaknya telah mulai sebuah kajian terhadap vaksin virus corona Sinovac dari China guna menilai efektivitas dan keselamatannya.
Ini merupakan langkah pertama yang mengarah pada kemungkinan persetujuan bagi penggunaan Sinovac di blok beranggotakan 27 negara itu.
EMA mengatakan keputusannya untuk mulai melakukan tinjauan ini didasarkan pada hasil awal dari studi laboratorium dan studi klinis.
“Studi-studi ini menunjukkan vaksin itu memicu produksi antibodi” yang melawan virus corona dan “kemungkinan membantu melindungi dari serangan penyakit ini,” kata badan ini dalam sebuah pernyataan.
EMA yang sejauh ini sudah memberikan lampu hijau untuk empat vaksin virus corona, menambahkan, sejauh ini belum ada permohonan pengajuan izin pemasaran dari Sinovac.
Badan ini juga sedang melakukan tinjauan terhadap tiga vaksin lainnya – satu yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Jerman, CureVac; Novavax yang dikembangkan oleh perusahaan Amerika; serta Sputnik V yang dikembangkan oleh Rusia.
Badan itu mengatakan tim pakarnya akan “mengevaluasi data untuk memutuskan apakah manfaatnya lebih besar ketimbang risikonya.” Tinjauan ini akan diteruskan sampai “terdapat cukup bukti bagi sebuah permohonan otorisasi pemasaran yang formal,” kata EMA.
Pengumuman dari badan yang berkantor di Amsterdam itu datang sehari setelah seorang pejabat tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan WHO minggu ini siap memutuskan apakah dua vaksin COVID 19 dari China siap untuk digunakan.
Apabila persetujuan seperti itu diperoleh, maka ini menandai pertama kalinya sebuah vaksin China diberi lampu hijau untuk pemakaian darurat dari badan kesehatan PBB itu, dan akan memicu sebuah distribusi vaksin China yang lebih besar di negara-negara di luar China. [jm/em]