Sebuah survei yang hasilnya dirilis Rabu (28/11) menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga anak pra-remaja dan remaja di Amerika Serikat menggunakan telepon pintar untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya, dan siswa Hispanik menggunakannya lebih sering dibandingkan kawan-kawan mereka yang kulit hitam atau kulit putih.
“Murid-murid sekolah menengah pertama menggunakan perangkat bergerak lebih dari untuk hiburan semata,” ujar Kristi Sarmiento, direktur riset pada firma riset TRU. "Mereka tumbuh dengan teknologi ini.”
Telepon pintar digunakan di rumah untuk mengerjakan tugas sekolah oleh 39 persen remaja berusia 11-14 tahun, 31 persen responden mengatakan mengerjakan tugas pada tablet sementara 65 persen menggunakan laptop, menurut survei oleh TRU.
TRU sendiri memiliki spesialisasi data untuk pra-remaja, remaja dan mereka yang berusia 20an. Firma ini dimiliki oleh WPP Plc, kelompok perusahaan iklan terbesar di dunia.
Namun penggunaan alat-alat ini lebih rendah di sekolah, dengan 31 persen siswa mengatakan menggunakan laptop, 18 persen bekerja dengan tablet dan 6 persen memakai telepon pintar.
Jajak pendapat Internet nasional terhadap 1.000 siswa menunjukkan bahwa penggunaan telepon pintar meningkat sesuai umur, naik dari 42 persen untuk siswa kelas enam sampai 57 persen untuk siswa kelas delapan.
Tidak semua sekolah di AS mengijinkan siswa menggunakan perangkat bergerak ini, namun di sekolah yang memperbolehkan, lebih dari tiga perempat murid megnatakan sekolah menyediakan laptop dan 55 persen menggunakan tablet dari sekolah.
Telepon pintar digunakan oleh 49 persen remaja Hispanik yang disurvei, 42 persen kelompok Afrika Amerika dan 36 persen kulit putih. Sementara itu tablet dipakai oleh 38 persen Hispanik, 30 persen Afrika Amerika dan 31 persen kulit putih.
Laptop digunakan oleh 68 persen Hispanik, 64 persen Afrika Amerika dan 62 persen kulit putih.
Sarmiento mengatakan para responden dalam jajak pendapat, yang disponsori oleh Yayasan Verizon, badan amal perusahaan telekomunikasi Verizon Communications yang mendukung riset penggunaan teknologi ini, berkata mereka senang menggunakan perangkat bergerak ini, karena membantu mereka memahami matematika dan sains lebih baik. (Reuters)
“Murid-murid sekolah menengah pertama menggunakan perangkat bergerak lebih dari untuk hiburan semata,” ujar Kristi Sarmiento, direktur riset pada firma riset TRU. "Mereka tumbuh dengan teknologi ini.”
Telepon pintar digunakan di rumah untuk mengerjakan tugas sekolah oleh 39 persen remaja berusia 11-14 tahun, 31 persen responden mengatakan mengerjakan tugas pada tablet sementara 65 persen menggunakan laptop, menurut survei oleh TRU.
TRU sendiri memiliki spesialisasi data untuk pra-remaja, remaja dan mereka yang berusia 20an. Firma ini dimiliki oleh WPP Plc, kelompok perusahaan iklan terbesar di dunia.
Namun penggunaan alat-alat ini lebih rendah di sekolah, dengan 31 persen siswa mengatakan menggunakan laptop, 18 persen bekerja dengan tablet dan 6 persen memakai telepon pintar.
Jajak pendapat Internet nasional terhadap 1.000 siswa menunjukkan bahwa penggunaan telepon pintar meningkat sesuai umur, naik dari 42 persen untuk siswa kelas enam sampai 57 persen untuk siswa kelas delapan.
Tidak semua sekolah di AS mengijinkan siswa menggunakan perangkat bergerak ini, namun di sekolah yang memperbolehkan, lebih dari tiga perempat murid megnatakan sekolah menyediakan laptop dan 55 persen menggunakan tablet dari sekolah.
Telepon pintar digunakan oleh 49 persen remaja Hispanik yang disurvei, 42 persen kelompok Afrika Amerika dan 36 persen kulit putih. Sementara itu tablet dipakai oleh 38 persen Hispanik, 30 persen Afrika Amerika dan 31 persen kulit putih.
Laptop digunakan oleh 68 persen Hispanik, 64 persen Afrika Amerika dan 62 persen kulit putih.
Sarmiento mengatakan para responden dalam jajak pendapat, yang disponsori oleh Yayasan Verizon, badan amal perusahaan telekomunikasi Verizon Communications yang mendukung riset penggunaan teknologi ini, berkata mereka senang menggunakan perangkat bergerak ini, karena membantu mereka memahami matematika dan sains lebih baik. (Reuters)