Pandemi Covid-19 ini telah mengubah budaya dunia. Pertemuan daring, rekreasi dengan pembatasan jarak, layanan pesan-antar makanan tanpa kontak, dan bekerja dari rumah atau work from home kini telah menjadi kelaziman baru.
Tak bisa dipungkiri, menurut Brookings Institute, setelah pandemi berlalu, akan ada lebih banyak orang yang memilih bekerja dari rumah, ataulebih sering bekerja dari rumah. Namun, tak bisa dipungkiri juga, dalam waktu dekat, karena minimnya interaksi sosial secara langsung, banyak orang yang merindukan pertemuan fisik.
Jajak-jajak pendapat yang dilakukan oleh harian The New York Times serta Seattle Post-Intelligencer secara terpisah, menunjukkan, yang paling ingin dilakukan oleh banyak orang setelah pandemi berlalu adalah hal-hal yang berbau kontak sosial seperti pesta, pertemuan besar dan kegiatan lain yang melibatkan pelukan atau jabatan tangan.
Baru setelah itu menyusul hal-hal seperti pergi bertamasya atau berlibur jauh, makan di restoran atau di tempat keramaian, mengunjungi tempat beribadah, serta menyaksikan pertunjukan musik, film atau pertandingan olah raga.
Rima Rahayu adalah seorang pegawai BUMN yg sedang mengambil kuliah S2 di Columbia University, New York, jurusan human capital management atas beasiswa kantornya. Rima bersama suami dan kedua orang anaknya yang masih kecil kini tinggal di kota New York yang pada pertengahan tahun 2020 pernah menjadi episentrum pandemi Covid-19.
Kepada VOA, Rima menceritakan bahwa baginya kesempatan untuk bepergian berempat kemanapun di luar rumah, bersama keluarganya seperti sebelum pandemi, merupakan suatu kemewahan yang sangat ia nantikan. Namun, yang paling diinginkannya saat ini, adalah bepergian untuk dapat menghibur kedua anaknya.
“Yang paling banget pengen dilakuin itu untuk mengajak anak-anak ke luar, ke tempat yang mereka pengen. Jadi kan mereka sudah mulai nih udah bilang kayak: ‘kita udah lama gak kesini ya Bun,’ kayak ada satu toko mainan favorit mereka gitu, yang memang toko mainan itu banyak kayak aktifitasnya gitu.”
Sementara bagi Monik Simarmata, yang tahun ini terpaksa mengikuti wisuda S-2 nya secara virtual, ia merasa sangat kehilangan kesempatan berolahraga di tengah keramaian suasana gym.
Menurut alumni sebuah universitas swasta ternama di kota Durham, North Carolina ini, dirinya merasa sangat produktif apabila beraktivitas di tengah keberadaan orang lain yang memiliki minat yang serupa. Inipun berlaku untuk hobi olah kebugaran yang dilakukannya secara rutin sebelum pandemi.
“Yang paling pertama pengin aku lakukan adalah workout di gym. Sebelum pandemi aku bisa ke gym enam kali seminggu karena itu bentuk salah satu bagian dari rutinitas aku, nggak cuman buat kesehatan fisik, tapi buat kesehatan mental juga.”
Bagi Yusi Achmad, seorang diaspora Indonesia yang bekerja di kantor pos Amerika, yang paling ia rindukan selama pandemi ini adalah pulang mudik ke Indonesia yang biasa dilakukannya hampir tiap tahun.
“Go home! I wanna go to Indonesia hahaha... kita seharusnya pulang lho Juni kemarin, trus kita canceled semua, udah beli airline ticket semuanya, untungnya tidak angus ya, maksudnya kita masih punya kredit untuk tahun depan.”
Hal yang serupa diutarakan oleh Andini Erwidodo, seorang diaspora Indonesia yang bekerja pada sebuah kantor pemasaran di kota New York. Orang tua Andini yang berada di Indonesia berencana ingin berkunjung ke Amerika tahun 2020 yang lalu, sementara keluarga mertuanya yang berada di Puerto Rico juga menanti kunjungan Andini sekeluarga. Semua itu batal akibat pandemi.
“Jadi idenya sih kalau begitu ini hilang, kita visit family mulai dari yang deket dulu, anak saya bisa ketemu sama nenek kakeknya, it will be the main priority to visit the family.”
Namun dari semua rencana yang telah diutarakan oleh sejumlah diaspora tersebut, tidak ada yang lebih sederhana dibanding dengan apa yang diinginkan oleh Yono Purnomo, seorang diaspora Indonesia yang memiliki restoran fine-dining bernama “Yono’s” di kota Albany, New York.
Yono mengatakan, begitu semua orang divaksin dan pandemi ini berlalu, siapapun dapat berpelukkan kembali tanpa rasa khawatir.
“So, we can hug! Because I’m a hugger you know hahaha...”