Marwa Abd Almoneam yang berasal dari Kairo, Mesir, ini menuntut ilmu di bidang ilmu fisika di Michigan Technological University (MTU) untuk meraih gelar doktor. Di kampus, dia aktif dalam organisasi Persatuan Mahasiswa Muslim atau Muslim Student Association.
Marwa mengungkapkan pengalamannya sewaktu menyambut bulan Ramadan pertama kali tiga tahun lalu. “Saya khawatir karena komunitas Muslim yang kecil di sini, kami tidak memiliki cendekiawan Muslim atau lainnya. Tetapi, kemudian saya dapati, tantangan-tantangan ini sesungguhnya mendorong warga Muslim agar bersatu-padu, dan mungkin karena jumlah yang sedikit menjadikan kita kelompok yang kuat.”
Warga Muslim di Houghton, mencapai sekitar seratus orang, dan organisasi Muslim Student Association berperan penting dalam memajukannya. “Kini, kami telah tumbuh menjadi kuat. Pihak universitas menghargai usaha kami mengumpulkan mahasiswa Muslim dan memenuhi kebutuhan sosial mereka. Universitas telah menyediakan tempat yang permanen bagi kami untuk beribadah, semacam musola, dan ini adalah hasil dari usaha yang terus-menerus.”
Mengingat bulan Ramadan tahun ini jatuh pada musim panas dan Houghton terletak jauh di bagian utara, masa berpuasa menjadi sangat lama, sekitar tujuh belas jam sehari. Waktu berbuka telah menjelang pukul setengah sepuluh malam.
Bagaimana Marwa menghadapi tantangan ini? “Berpuasa untuk waktu yang lama, saya pergi bekerja seperti biasa, bekerja sungguh-sungguh, atau membaca kitab suci Al-Qur’an, atau semacamnya. Jadi, sebenarnya, waktu berpuasa yang panjang ini menguntungkan saya. Sekarang, saya rasa, saya sudah membaca lebih dari separuh Al-Qur’an, karena saya memiliki waktu yang panjang dalam sehari,” demikian ujar Marwa.
Walau penuh tantangan, Marwa menjalankan ibadah puasa dengan rasa syukur dan bahagia, hanya terkadang merasa sendu teringat keluarganya di Mesir. Namun, tandasnya, dia berada di Houghton untuk mewujudkan cita-cita, sehingga masa kuliah yang masih dua tahun lagi, bukan apa-apa.
Marwa mengungkapkan pengalamannya sewaktu menyambut bulan Ramadan pertama kali tiga tahun lalu. “Saya khawatir karena komunitas Muslim yang kecil di sini, kami tidak memiliki cendekiawan Muslim atau lainnya. Tetapi, kemudian saya dapati, tantangan-tantangan ini sesungguhnya mendorong warga Muslim agar bersatu-padu, dan mungkin karena jumlah yang sedikit menjadikan kita kelompok yang kuat.”
Warga Muslim di Houghton, mencapai sekitar seratus orang, dan organisasi Muslim Student Association berperan penting dalam memajukannya. “Kini, kami telah tumbuh menjadi kuat. Pihak universitas menghargai usaha kami mengumpulkan mahasiswa Muslim dan memenuhi kebutuhan sosial mereka. Universitas telah menyediakan tempat yang permanen bagi kami untuk beribadah, semacam musola, dan ini adalah hasil dari usaha yang terus-menerus.”
Mengingat bulan Ramadan tahun ini jatuh pada musim panas dan Houghton terletak jauh di bagian utara, masa berpuasa menjadi sangat lama, sekitar tujuh belas jam sehari. Waktu berbuka telah menjelang pukul setengah sepuluh malam.
Bagaimana Marwa menghadapi tantangan ini? “Berpuasa untuk waktu yang lama, saya pergi bekerja seperti biasa, bekerja sungguh-sungguh, atau membaca kitab suci Al-Qur’an, atau semacamnya. Jadi, sebenarnya, waktu berpuasa yang panjang ini menguntungkan saya. Sekarang, saya rasa, saya sudah membaca lebih dari separuh Al-Qur’an, karena saya memiliki waktu yang panjang dalam sehari,” demikian ujar Marwa.
Walau penuh tantangan, Marwa menjalankan ibadah puasa dengan rasa syukur dan bahagia, hanya terkadang merasa sendu teringat keluarganya di Mesir. Namun, tandasnya, dia berada di Houghton untuk mewujudkan cita-cita, sehingga masa kuliah yang masih dua tahun lagi, bukan apa-apa.