DENPASAR, BALI —
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada Pembukaan Konferensi Internasional Pembangunan Berkelanjuta di Nusa Dua Bali pada Minggu siang (6/10) mengungkapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi dunia semakin banyak dan tidak sedikit diantaranya yang diakibatkan oleh pembangunan.
Menurut Presiden SBY, kemajuan industri, walaupun membawa peningkatan kesejahteraan, namun juga membawa efek lain yang mengancam atmosfer. Pada aspek lain, penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, dan destruksi habitat telah membahayakan ekosistem laut.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan 80 persen perikanan dunia telah diekspolitasi, atau berada pada tahap kehancuran. Selain itu, terdapat 870 juta orang yang menderita malnutrisi di dunia. Presiden SBY menambahkan bahwa pertumbuhan masyarakat kelas menengah pada dekade kedepan akan menambah tekanan kepada sumber daya alam dan lingkungan
"Pada dekade mendatang, diperkirakan ada 2 miliar orang bergabung ke dalam kelas menengah dari berpendapatan per kapita kurang dari 10 ribu dolar AS pertahun. Tahun 2013 ini meningkat menjadi 10 ribu-30 ribu dolar. 2 miliar orang tersebut akan membutuhkan barang dan jasa yang lebih dari biasanya,” kata Presiden SBY.
Direktur Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan Dunia (UN SDSN) Prof. Jeffrey D Sachs menyatakan masyarakat Indonesia sebenarnya punya beragam konsep dalam implementasi pembangunan berkelanjutan. Seperti salah satunya konsep Tri Hita Karana yang dimiliki oleh masyarakat Bali
“Standar Tri Hita Karana yang merupakan inspirasi bagi kita semua, kami berjanji, kami akan menjadikan Bali sebagai pusat pembelajaran, pengetahuan dan mendemontrasikan apa yang dapat dicapai, apa yang dapat dijalankan untuk di seluruh dunia,” jelas Jeffrey D Sachs.
Sedangkan Anggota Dewan Etik Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) I Gede Ardika mengakui konsep Tri Hita Karana sendiri kini telah diadopsi dalam standar prilaku pariwisata dunia. Hal ini dalam upaya mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan
"Ini bukan hanya milik orang Bali tapi ternyata ini universal, kemudian setelah dilihat panduan dasar global code of etic itu ternyata ini sudah ada rincian-rincian dari nilai dasar dari Tri Hita Karana dalam penerapan untuk mencapai pariwisata berkelanjutan itu,” ungkap I Gusti Ngurah Wisnu Wardana.
Konsep Tri Hita Karana merupakan konsep hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan yang selalu memperhatikan aspek keselarasan dan keseimbangan.
Menurut Presiden SBY, kemajuan industri, walaupun membawa peningkatan kesejahteraan, namun juga membawa efek lain yang mengancam atmosfer. Pada aspek lain, penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, dan destruksi habitat telah membahayakan ekosistem laut.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan 80 persen perikanan dunia telah diekspolitasi, atau berada pada tahap kehancuran. Selain itu, terdapat 870 juta orang yang menderita malnutrisi di dunia. Presiden SBY menambahkan bahwa pertumbuhan masyarakat kelas menengah pada dekade kedepan akan menambah tekanan kepada sumber daya alam dan lingkungan
"Pada dekade mendatang, diperkirakan ada 2 miliar orang bergabung ke dalam kelas menengah dari berpendapatan per kapita kurang dari 10 ribu dolar AS pertahun. Tahun 2013 ini meningkat menjadi 10 ribu-30 ribu dolar. 2 miliar orang tersebut akan membutuhkan barang dan jasa yang lebih dari biasanya,” kata Presiden SBY.
Direktur Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan Dunia (UN SDSN) Prof. Jeffrey D Sachs menyatakan masyarakat Indonesia sebenarnya punya beragam konsep dalam implementasi pembangunan berkelanjutan. Seperti salah satunya konsep Tri Hita Karana yang dimiliki oleh masyarakat Bali
“Standar Tri Hita Karana yang merupakan inspirasi bagi kita semua, kami berjanji, kami akan menjadikan Bali sebagai pusat pembelajaran, pengetahuan dan mendemontrasikan apa yang dapat dicapai, apa yang dapat dijalankan untuk di seluruh dunia,” jelas Jeffrey D Sachs.
Sedangkan Anggota Dewan Etik Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) I Gede Ardika mengakui konsep Tri Hita Karana sendiri kini telah diadopsi dalam standar prilaku pariwisata dunia. Hal ini dalam upaya mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan
"Ini bukan hanya milik orang Bali tapi ternyata ini universal, kemudian setelah dilihat panduan dasar global code of etic itu ternyata ini sudah ada rincian-rincian dari nilai dasar dari Tri Hita Karana dalam penerapan untuk mencapai pariwisata berkelanjutan itu,” ungkap I Gusti Ngurah Wisnu Wardana.
Konsep Tri Hita Karana merupakan konsep hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan yang selalu memperhatikan aspek keselarasan dan keseimbangan.