Ribuan tahanan melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Nasional Haiti, yang terletak di ibu kota Port-au-Prince, selama baku tembak yang berlangsung antara polisi nasional dan geng bersenjata pada Sabtu (2/3) malam, kata seorang pejabat kepada VOA.
Perdana Menteri Haiti Ariel Henry saat ini berada di luar negeri. Minggu lalu dia melakukan perjalanan ke Kenya, di mana dia menandatangani perjanjian bilateral untuk memberi wewenang kepada 1.000 petugas polisi Kenya untuk memimpin pasukan keamanan multinasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa memberi wewenang kepada pasukan tersebut untuk membantu Haiti memerangi kekerasan geng dan membangun kembali keamanan.
Tidak jelas di mana perdana menteri berada pada hari Minggu (3/3). Kantor Presiden Kenya William Ruto tidak menanggapi permintaan VOA untuk memberikan informasi mengenai keberadaan Henry.
Pemerintahan Henry belum secara resmi mengomentari apa yang terjadi di Haiti.
Kedutaan Besar AS di Haiti belum memberikan komentar terbuka mengenai kekerasan yang terjadi di akhir pekan tersebut.
Wartawan VOA yang pergi ke lembaga pemasyarakatan di pusat kota Port-au-Prince pada hari Minggu melihat mayat-mayat tergeletak di dalam dan di luar gedung.
Seorang insinyur, yang tidak mau disebutkan namanya karena dia tidak berwenang berbicara atas nama aparat penegak hukum, mengatakan dia bekerja sama dengan kepolisian nasional untuk mensurvei situasi pada Minggu pagi.
Insinyur itu mengatakan 99 tahanan masih berada di dalam penjara. Dia mengatakan lembaga pemasyarakatan itu sebelumnya menampung hampir 4.000 tahanan. Dia mengatakan tidak bersedia memberikan perkiraan berapa banyak tahanan yang tewas selama pembobolan penjara tersebut.
Ia juga mengatakan, jenazah warga sipil yang terjebak dalam baku tembak juga termasuk di antara jenazah yang bergelimpangan di luar gedung, seraya menambahkan bahwa komisaris polisi akan mengumumkan angka resminya nanti.
“Mereka yang masih berada (di dalam penjara) sedang sakit, para tahanan yang dirawat di penjara karena berbagai penyakit,” kata insinyur tersebut kepada VOA.
Lembaga Pemasyarakatan Nasional Haiti menampung beberapa tahanan terkenal. Di antaranya adalah Cholzer Chancy, mantan ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang memimpin parlemen antara tahun 2016 dan 2018; Joseph Felix Badio, tersangka utama dalam kasus pembunuhan Presiden Jovenel Moise; Clifford Brandt, seorang terpidana pengedar narkoba yang merupakan putra salah satu orang terkaya di Haiti.
Insinyur itu mengatakan kepada VOA bahwa Brandt telah dipindahkan dari penjara sebelum baku tembak berlangsung.
“Tidak, Brandt tidak ada di sini. Mereka membawanya keluar dan membawanya ke lokasi lain,” katanya. Dia tidak memberikan rincian lainnya.
Sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan Brandt dibawa keluar penjara, ditemani oleh polisi bersenjata dan dipindahkan ke kendaraan lapis baja polisi. VOA tidak dapat memverifikasi kapan video itu direkam.
Marcelin Myrthil, yang ditangkap sehubungan dengan gerakan akar rumput anti-geng Bwa Kale, juga ditahan di lembaga pemasyarakatan itu.
Gerakan Bwa Kale menargetkan tersangka anggota geng, banyak dari mereka yang dikejar warga dan digantung atau dieksekusi di jalanan. Myrthil membagikan parang kepada masyarakat yang dilanda kekerasan geng dan mendorong warga sipil untuk mengeksekusi tersangka preman. Myrthil telah dipindahkan oleh polisi, kata insinyur tersebut kepada VOA.
“Dia berada di tempat yang aman. Saya tidak bisa memberi tahu Anda di mana dia berada,” kata insinyur itu.
Sebanyak 18 mantan tentara Kolombia, yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Moise, termasuk di antara 99 tahanan yang memilih untuk tetap berada di sel penjara mereka. VOA berbicara dengan seorang tahanan yang mengenalkan dirinya sebagai Francisco Eladio Uribe.
Berbicara dalam bahasa Spanyol, pria tersebut mengatakan kepada VOA: “Saya tidak melarikan diri tadi malam karena saya tidak berhutang apa pun kepada siapa pun. Saya tidak bersalah. Saya datang ke negara ini untuk bekerja demi masa depan yang lebih baik bagi keluarga saya. Saya akhirnya terjebak di tengah plot yang direncanakan oleh perusahaan Amerika bernama CTV. Karena jebakan mereka, saya berada dalam situasi seperti ini hari ini.”
Dalam sebuah unggahan video yang dibagikan secara luas di media sosial Haiti pada hari Sabtu, para tentara tersebut memohon bantuan kepada pemerintah Kolombia, keluarga mereka dan komunitas internasional.
Laporan Human Rights Watch tahun 2022 mengenai penjara-penjara Haiti menyebutkan kondisi kebanyakan penjara sangat padat, kekurangan makanan dan air minum, serta kondisi yang tidak sehat yang mengakibatkan wabah penyakit.
World Prison Brief, sebuah organisasi non-pemerintah yang memantau penjara di seluruh dunia, menemukan bahwa pada tahun 2020, penjara di Haiti melebihi kapasitas sebesar 302%.
Jimmy Cherizier, yang dikenal sebagai “Barbecue,” pemimpin aliansi geng G9 yang kuat di Haiti, pekan lalu mengatakan kepada wartawan bahwa geng-geng yang bersaing telah “bersatu” dan meluncurkan “revolusi” untuk menyingkirkan Perdana Menteri Henry dari kekuasaan. Pada Jumat (1/3), dia meminta petugas kepolisian nasional untuk bergabung dalam upaya geng tersebut.
Cherizier adalah mantan polisi yang menjadi sasaran sanksi yang dikeluarkan oleh PBB dan Departemen Keuangan AS.
AS menuduhnya terlibat dalam pembantaian La Saline yang menargetkan daerah kumuh Port-au-Prince dan mengakibatkan sedikitnya 71 kematian warga sipil.
Departemen Luar Negeri AS mengecam kekerasan di Haiti dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email kepada VOA pada hari Jumat (1/3).
“Kami memantau situasi dengan cermat dan mengutuk upaya destabilisasi di Haiti yang dilakukan oleh mereka yang bertindak demi kepentingan mereka sendiri,” kata seorang juru bicara.
Pada hari Minggu, Departemen Luar Negeri belum menanggapi permintaan komentar dari VOA mengenai aksi pembobolan penjara tersebut. [my/rs]
Forum