SOLO, JAWA TENGAH —
Sekitar delapan desainer muda dari sekolah deainer Koefia Italia berada di antara tumpukan lembaran kain batik di salah satu industri batik di Kampung batik Laweyan Solo, Kamis siang (27/2). Mereka ikut melakukan proses membatik, antara lain batik cap. Ratusan lembaran kain batik yang sudah jadi, diamati satu persatu motif batik dan jenis kainnya.
Desainer busana asal Italia, Giusseppe Perri, mengatakan Batik sudah menjadi warisan budaya Indonesia yang diakui dunia melalui UNESCO. Menurut Perri, para desainer busana dunia, termasuk dari Indonesia harus kreatif mengeksplore batik menjadi busana berkelas internasional.
“Batik harus tetap mempunyai ciri khas sisi ketradisionalannya. Batik harus tetap mengedapankan jari dirinya, sebagai (ciri) khas Indonesia di mata dunia internasional. Batik punya ciri produk Indonesia. Batik apa saja bisa dibawa ke tingkat inernasional, asal sambil membawa histori kebudayaan Indonesia,” kata desainer busana asal Italia, Giusseppe Perri.
Giuseppe Perri, merupakan salah seorang desainer dari sekolah desainer Italia, Koefia, yang ikut dalam kunjungan ke kampung batik Solo ini. Perri tahun lalu mendapat penghargaan lewat fashion show di Italia yang karyanya menampilkan busana batik Punakawan.
Sementara itu, juru bicara Sekolah Desainer Italia, Koefia, Bianca Lammi mengatakan lulusan dan siswa Sekolah Desainer Akademia Koefia Italia sedang mengembangkan riset desain tentang busana batik.
“Kami akan menggunakan batik sebagai bahan desain busana, dan sudah bekerjasama dengan daerah-daerah yang menjadi pusat batik yaitu Pekalongan dan Solo, pusat batik tradisional. Untuk menggunakan batik pada desain-desain mereka yang studi di sekolah desainer kami, batik menjadi pusat riset bagi sekolah kami. Mereka menggunakan bahan-bahan baru. Di Eropa tidak ada teknik membuat batik, Indonesia tetap menggunakan tradisi pembuatan batik ini,” jelas Bianca Lammi.
Selain mengunjungi berbagai industri batik tradisional di Pekalongan dan Solo, para desainer muda Italia ini juga ikut dalam Indonesian Fashion Week tahun 2014 yang baru saja berakhir pekan lalu di Jakarta.
Desainer busana asal Italia, Giusseppe Perri, mengatakan Batik sudah menjadi warisan budaya Indonesia yang diakui dunia melalui UNESCO. Menurut Perri, para desainer busana dunia, termasuk dari Indonesia harus kreatif mengeksplore batik menjadi busana berkelas internasional.
“Batik harus tetap mempunyai ciri khas sisi ketradisionalannya. Batik harus tetap mengedapankan jari dirinya, sebagai (ciri) khas Indonesia di mata dunia internasional. Batik punya ciri produk Indonesia. Batik apa saja bisa dibawa ke tingkat inernasional, asal sambil membawa histori kebudayaan Indonesia,” kata desainer busana asal Italia, Giusseppe Perri.
Giuseppe Perri, merupakan salah seorang desainer dari sekolah desainer Italia, Koefia, yang ikut dalam kunjungan ke kampung batik Solo ini. Perri tahun lalu mendapat penghargaan lewat fashion show di Italia yang karyanya menampilkan busana batik Punakawan.
Sementara itu, juru bicara Sekolah Desainer Italia, Koefia, Bianca Lammi mengatakan lulusan dan siswa Sekolah Desainer Akademia Koefia Italia sedang mengembangkan riset desain tentang busana batik.
“Kami akan menggunakan batik sebagai bahan desain busana, dan sudah bekerjasama dengan daerah-daerah yang menjadi pusat batik yaitu Pekalongan dan Solo, pusat batik tradisional. Untuk menggunakan batik pada desain-desain mereka yang studi di sekolah desainer kami, batik menjadi pusat riset bagi sekolah kami. Mereka menggunakan bahan-bahan baru. Di Eropa tidak ada teknik membuat batik, Indonesia tetap menggunakan tradisi pembuatan batik ini,” jelas Bianca Lammi.
Selain mengunjungi berbagai industri batik tradisional di Pekalongan dan Solo, para desainer muda Italia ini juga ikut dalam Indonesian Fashion Week tahun 2014 yang baru saja berakhir pekan lalu di Jakarta.