Presiden Iran, Rabu (25/11), menegaskan kembali harapannya bahwa Presiden terpilih AS Joe Biden akan mengembalikan kebijakan Amerika mengenai Iran seperti saat ia menjabat sebagai wakil presiden empat tahun lalu
Dalam pernyataannya yang ditayangkan televisi pemerintah, Hassan Rouhani mengatakan ia ingin AS bergabung kembali ke kesepakatan nuklir Teheran dengan negara-negara besar dunia.
Rouhani mengatakan bahwa jika Iran dan AS dapat menemukan jalan kembali ke situasi sebelum 20 Januari 2017, atau hari pelantikan Presiden Donald Trump, itu bisa menjadi solusi besar bagi banyak masalah.
Di bawah pemerintahan Trump, ketegangan antara AS dan Iran meningkat, sehingga sempat mendorong kedua belah pihak ke ambang perang awal tahun ini.
Salah satu kebijakan luar negeri Trump adalah secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir pada 2018, yang telah membatasi pengayaan uranium Iran dengan imbalan pencabutan sanksi-sanksi ekonomi. Trump sejak itu memberlakukan sejumlah sanksi terhadap Iran yang menghancurkan ekonomi negara itu dan menjatuhkan nilai mata uangnya.
Rouhani meminta Biden untuk secara terbuka mengecam kampanye tekanan maksimum Trump dan mengompensasi kebijakan keliru yang telah diberlakukan selama empat tahun terakhir, sebuah pernyataan yang tampaknya merujuk pada kerugian finansial besar-besaran yang diderita Iran sebagai akibat dari sanksi-sanksi yang dijatuhkan Trump.
Dalam upaya menekan Eropa untuk menemukan jalan keluar dalam mengatasi sanksi-sanksi AS, Iran secara bertahap telah melanggar batasan-batasan kesepakatan nuklir. Persediaan uranium yang diperkaya Iran, yang seharusnya berada di bawah 300 kilogram berdasarkan kesepakatan itu, sekarang mencapai lebih dari 2.440 kilogram menurut laporan terbaru para inspektur PBB.
Cadangan uranium sebanyak itu menjadikan Iran berpotensi membuat setidaknya dua senjata nuklir, kata para ahli, jika Iran memang menginginkannya. Iran telah lama bersikeras menyatakan bahwa program nuklirnya semata untuk tujuan damai.
Rouhani, seorang yang relatif moderat, bersama dengan menteri luar negeri Iran, telah mengisyaratkan kesediaan negara itu untuk menghentikan program pengayaan uraniumnya dan kembali ke meja perundingan.
Meskipun Biden tampaknya tidak mungkin untuk mencabut sanksi-sanksi yang melumpuhkan Iran pada awal masa jabatannya, seperti yang dituntut Rouhani dalam pidatonya Rabu, presiden terpilih Biden telah mengindikasikan ia akan kembali ke kesepakatan nuklir itu jika Iran terlebih dahulu kembali menunjukkan kepatuhan pada kesepakatan nuklir itu. [ab/uh]