Mantan presiden Brazil Dilma Rousseff meninggalkan istana kepresidenan, Selasa (6/9), hanya enam hari setelah senat negara itu memutuskan untuk memakzulkannya.
Sekitar 100 pendukungnya berada di sana untuk mengantar kepergian politisi bermasalah itu, sambil menyebarkan kelopak-kelopak bunga berwarna merah dan kuning di tanah sewaktu Rousseffke luar dari mobilnya untuk menyambut mereka.
Setelah meninggalkan istana kepresidenan, Rousseff menaiki sebuah pesawat angkatan udara ke Porto Alegre, di mana ia lagi-lagi disambut para pendukungnya pada saat mendarat.
Mantan wakil presiden dan penjabat presiden saat ini Michel Temer kemungkinan akan pindah ke istana tersebut dalam beberapa hari mendatang.
Situasi kepergian Rousseff tampak jauh lebih tenang dibanding sejumlah demonstrasi di berbagai penjuru negara itu yang berlangsung baru-baru ini. Pada demonstrasi-demonstrasi tersebut, sejumlah demonstran sempat bentrok dengan polisi.
Akhir pekan lalu, puluh ribu pendukung Rousseff memenuhi Paulista Avenue, salah satu jalan raya tersibuk di Brazil, untuk memrotes pemerintahan baruTemer. Polisi mengatakan, demonstrasi di Sao Paulo awalnya berlangsung damai namun kemudian diwarnai kekerasan. Pihak berwenang menembakkan bom gas, granat kejut dan meriam air setelah sebuah kelompok melakukan aksi merusak pintu-pintu mekanik stasiun kereta bawah tanah dan melemparkan batu ke polisi anti huru-hara.
Rakyat Brazil juga berkumpul di pinggiran pantai Copacabana di Rio de Janeiro, menuntut pemecatan Temer dan diselenggarakannya pemilihan presiden baru.
Rousseff,perempuan presiden pertama Brazil, mengatakan kepada media internasional, Jumat lalu, ia mengecam proses yang menyebabkan pemecatannya dan menjanjikan oposisi yang kuat terhadap pemerintahan Temer. [ab/as]