Kekerasan selama empat hari di kawasan Kashmir-India telah mengakibatkan 31 orang tewas dan lebih dari 1.400 lainnya terluka.
Seorang dokter di rumah sakit pemerintah di kawasan itu mengatakan, staf medis melangsungkan lebih banyak operasi mata selama tiga hari terakhir dibanding selama tiga tahun terakhir sebelum bentrokan kekerasan terjadi. Ia berbicara dengan syarat namanya dirahasiakan karena ia tidak diizinkan berbicara kepada wartawan.
Kekerasan itu pecah akhir pekan lalu setelah pasukan pemerintah menewaskan seorang pemimpin tertinggi Hizbul Mujahideen, kelompok pemberontak terbesar yang menentang pemerintahan India di kawasan Himalaya yang bergejolak itu. Seorang polisi tewas dan ratusan polisi lainnya terluka dalam bentrokan itu.
Pasukan pemerintah menggunakan senjata berpeluru sungguhan dan senapan angin untuk membubarkan massa yang marah dan melemparkan batu. Para demonstran itu berkerumun di sejumlah tempat di berbagai penjuru wilayah itu menentang pemberlakuan jam malam yang diberlakukan pihak berwenang India.
Paling sedikit 300 warga sipil yang terluka dirawat di Rumah Sakit Sri Maharaja Hari Singh, di Srinagar, kota utama dikawasan itu.
Kashmir bergejolak sejak 1947, setelah India dan Pakistan meraih kemerdekaan dari Inggris namun tidak sepakat mengenai negara mana yang menguasai wilayah Himalaya itu. Dua dari tiga perang yang pernah berlangsung antar kedua negara itu bersumber pada masalah Kashmir. [ab/as]