Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin sidang kabinet terbatas di kantor Presiden Jakarta, Rabu (21/8), untuk membahas perkembangan kondisi keuangan terkait nilai rupiah yang terus melemah.
Nilai tukar rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia melemah menjadi Rp 10.723 pada Rabu, setelah sehari sebelumnya ada di posisi Rp 10.504 per dolar AS.
Melemahnya nilai tukar rupiah dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menurut Presiden, tidak lepas dari kondisi ekonomi global dan regional, termasuk kebijakan moneter Amerika Serikat.
“Tahun 2013 ini adalah tahun yang tidak mudah bagi ekonomi Indonesia juga bagi ekonomi di kawasan Asia dan banyak lagi bagi negara-negara di dunia. Tahun 2014 ekonomi kita juga masih akan menghadapi tantangan,” ujarnya.
“Kebijakan moneter di Amerika Serikat berpengaruh terhadap situasi keuangan di banyak negara termasuk Indonesia. Sedangkan yang dari dalam, kita juga menghadapi masalah ekspor kita menurun akibat ekonomi dunia sedang mengalami perlambatan pertumbuhan. Sementara impor barang kita tinggi, sehingga neraca perdagangan kita menjadi tidak baik. Neraca pembayaran juga tidak baik.”
Presiden menambahkan, ada kekhawatiran pasar kalau-kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun secara tajam. Hal itulah menurut Presiden yang harus dihindari. Presiden mengakui untuk mencapai pertumbuhan 6,3 persen sebagaimana tertuang dalam APBNP 2013, sangat berat bagi Indonesia. Untuk itu, Presiden mengajak semua pihak untuk bekerja keras agar tidak terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tajam sekaligus mencari solusi bersama untuk mengantisipasi hal itu.
“Kebijakan pemerintah yang akan segera kita jalankan di dalam waktu dekat mendatang adalah menjaga pertumbuhan. Kami berupaya keras mengandalkan investasi. Kami juga akan berupaya sekuat tenaga untuk menjaga stabilitas harga atau inflasi agar rakyat kita tetap memiliki daya beli barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sekalipun dunia usaha tengah menghadapi tekanan, Presiden Yudhoyono mengatakan pemerintah akan melakukan tindakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) agar kehidupan rakyat tidak semakin sulit.
Dalam waktu dekat ini, menurut Presiden, pemerintah akan mengumumkan langkah-langkah perumusan kebijakan pengelolaan ekonomi Indonesia untuk menjaga stabilitas keuangan serta menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia,agar tidak menurun secara tajam.
“Upaya kita kita untuk mencegah terus terjadinya inflasi yang tidak kita kehendaki maupun PHK, maka paket akan segera disiapkan dalam waktu 2 hari kedepan. Insya Allah pada Jumat pagi, akan saya putuskan paket kebijakan dan tindakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi sekarang ini,” ujarnya.
“Jumat nanti juga akan diumumkan oleh para mentri tekhnis yang membidangi masalah ini. Dan pada hari berikutnya lagi dijalankan.”
Sementara itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, kementeriannya akan berupaya sekuat tenaga menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.
“Saya rasa yang paling penting adalah menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan. Pemerintah akan mengambil langkah-langkah spesifik dari sisi moneter dan juga dari sisi fiskal untuk mengamankan nilai tukar dan juga untuk mengamankan stabilitas ekonomi kita,” ujarnya.
Nilai tukar rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia melemah menjadi Rp 10.723 pada Rabu, setelah sehari sebelumnya ada di posisi Rp 10.504 per dolar AS.
Melemahnya nilai tukar rupiah dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menurut Presiden, tidak lepas dari kondisi ekonomi global dan regional, termasuk kebijakan moneter Amerika Serikat.
“Tahun 2013 ini adalah tahun yang tidak mudah bagi ekonomi Indonesia juga bagi ekonomi di kawasan Asia dan banyak lagi bagi negara-negara di dunia. Tahun 2014 ekonomi kita juga masih akan menghadapi tantangan,” ujarnya.
“Kebijakan moneter di Amerika Serikat berpengaruh terhadap situasi keuangan di banyak negara termasuk Indonesia. Sedangkan yang dari dalam, kita juga menghadapi masalah ekspor kita menurun akibat ekonomi dunia sedang mengalami perlambatan pertumbuhan. Sementara impor barang kita tinggi, sehingga neraca perdagangan kita menjadi tidak baik. Neraca pembayaran juga tidak baik.”
Presiden menambahkan, ada kekhawatiran pasar kalau-kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun secara tajam. Hal itulah menurut Presiden yang harus dihindari. Presiden mengakui untuk mencapai pertumbuhan 6,3 persen sebagaimana tertuang dalam APBNP 2013, sangat berat bagi Indonesia. Untuk itu, Presiden mengajak semua pihak untuk bekerja keras agar tidak terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tajam sekaligus mencari solusi bersama untuk mengantisipasi hal itu.
“Kebijakan pemerintah yang akan segera kita jalankan di dalam waktu dekat mendatang adalah menjaga pertumbuhan. Kami berupaya keras mengandalkan investasi. Kami juga akan berupaya sekuat tenaga untuk menjaga stabilitas harga atau inflasi agar rakyat kita tetap memiliki daya beli barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sekalipun dunia usaha tengah menghadapi tekanan, Presiden Yudhoyono mengatakan pemerintah akan melakukan tindakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) agar kehidupan rakyat tidak semakin sulit.
Dalam waktu dekat ini, menurut Presiden, pemerintah akan mengumumkan langkah-langkah perumusan kebijakan pengelolaan ekonomi Indonesia untuk menjaga stabilitas keuangan serta menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia,agar tidak menurun secara tajam.
“Upaya kita kita untuk mencegah terus terjadinya inflasi yang tidak kita kehendaki maupun PHK, maka paket akan segera disiapkan dalam waktu 2 hari kedepan. Insya Allah pada Jumat pagi, akan saya putuskan paket kebijakan dan tindakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi sekarang ini,” ujarnya.
“Jumat nanti juga akan diumumkan oleh para mentri tekhnis yang membidangi masalah ini. Dan pada hari berikutnya lagi dijalankan.”
Sementara itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, kementeriannya akan berupaya sekuat tenaga menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan.
“Saya rasa yang paling penting adalah menjaga stabilitas harga dan mengamankan neraca perdagangan. Pemerintah akan mengambil langkah-langkah spesifik dari sisi moneter dan juga dari sisi fiskal untuk mengamankan nilai tukar dan juga untuk mengamankan stabilitas ekonomi kita,” ujarnya.