Rusia dan China masing-masing hari Senin (25/12) memberi isyarat keinginan akan resolusi damai bagi ketegangan mengenai kegiatan misil nuklir dan balistik Korea Utara.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kepada media pemerintah bahwa tidak ada yang menghendaki perang di Semenanjung Korea dan bahwa ia berharap Amerika Serikat tidak merencanakan pendekatan militer untuk menyelesaikan keadaan tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chungnying mengatakan dalam jumpa pers hari Senin (25/12) bahwa semua negara sebaiknya “melakukan pengekangan diri dan melakukan usaha yang pro-aktif dan konstruktif untuk meredakan ketegangan di semanjung itu.”
China juga mengatakan sanksi baru PBB hendaknya jangan berakibat kemanusiaan yang buruk terhadap kaum sipil Korea Utara atau mempengaruhi “pertukaran dan kerjasama ekonomi yang normal.”
Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyetujui resolusi hari Jumat (22/12) yang membatasi minyak bensin dan solar yang dapat diimpor Korea Utara dan memperketat pemeriksaan kapal-kapal yang dicurigai mengangkut secara illegal barang-barang yang terlarang ke atau dari Korea Utara.
Resolusi itu juga memerintahkan anggota PBB memulangkan semua warga Korea Utara yang bekerja di luar negeri dalam waktu dua tahun, tindakan yang bertujuan untuk menghentikan sumber pemasukan bagi pemerintahan Kim Jong-un, yang secara rutin menyita banyak penghasilan mereka. [gp]