MOSKOW, RUSIA —
Angkatan Laut Rusia hari Kamis mengumumkan bahwa pihaknya mengirim dua kapal perang ke Laut Tengah – dekat pantai Suriah.
Pada saat bersamaan, stasiun televisi pemerintah Rusia menunjukkan Presiden Vladimir Putin sedang mengunjungi lahan pertanian yang terendam banjir di Siberia – enam ribu kilometer di timur Rusia.
Sepanjang pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin berdiam diri soal Suriah. Ia membiarkan para pembantunya yang bicara dengan negara-negara Barat, yang bersiap menghukum Presiden Bashar Al-Assad karena menyerang warga sipil di pinggiran kota Damaskus dengan senjata kimia pekan lalu.
Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin mengirim pesan twitter – “pihak Barat bertindak terhadap dunia Islam seperti monyet yang memiliki granat”. Sementara Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov lebih diplomatis.
Lavrov mengatakan, adalah suatu khayalan untuk berpendapat bahwa menyerang infrastruktur militer pemerintah Suriah akan merupakan awal dari akhir perang saudara di Suriah .
Beberapa analis Rusia mengatakan satu atau dua hari hukuman serangan udara tidak akan mengobah perang yang sudah menewaskan lebih dari 100 ribu orang. Georgy Mirsky – ahli Timur Tengah di Higher School of Economics di Moskow mengatakan.
“Rejim Suriah akan sangat menderita dan kehilangan beberapa kekuatannya . Tetapi Rusia dan Iran akan mengganti kerugian itu . Semuanya akan diganti,” kata Mirsky.
Mirsky dan beberapa anggota parlemen Rusia mengatakan tujuan sesungguhnya Amerika saat ini masih sama seperti tujuan Amerika sebelumnya di Afghanistan, Irak dan Libya – yaitu pergantian rejim.
Mirsky mengatakan, Rusia akan memperoleh manfaat tanpa berbuat sesuatu. ,
Pemimpin-pemimpin Amerika, Inggris dan Perancis mengatakan mereka akan mengambil tindakan militer setelah dugaan serangan gas beracun pekan lalu, yang menewaskan sedikitnya 350 warga sipil dan melukai ribuan lainnya.
Di Barat, konsensus yang berlaku bahwa tentara pemerintah Suriah melakukan serangan gas itu, menjadi peningkatan terbaru serangan terhadap warga sipil di daerah-daerah pemberontak dalam dua tahun ini.
Di Rusia, beberapa diplomat dan wartawan telah berulangkali mengatakan bahwa para pejuang oposisi Suriah yang justru menyerang kawasan yang mereka kuasai dengan senjata kimia. .
Dalam dua tahun terakhir, Rusia sudah tiga kali memveto resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap pemerintah Suriah. Dan jika terbuka kesempatan, tidak diragukan Rusia akan menjatuhkan veto ke-empat dalam beberapa hari ke depan.
Presiden Vladimir Putin mungkin menyadari bahwa ia tidak berdaya menghentikan pihak Barat untuk bertindak. Meskipun Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dalam konferensi pers hari Senin mengatakan “Rusia tidak akan memerangi siapa pun”.
Pada saat bersamaan, stasiun televisi pemerintah Rusia menunjukkan Presiden Vladimir Putin sedang mengunjungi lahan pertanian yang terendam banjir di Siberia – enam ribu kilometer di timur Rusia.
Sepanjang pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin berdiam diri soal Suriah. Ia membiarkan para pembantunya yang bicara dengan negara-negara Barat, yang bersiap menghukum Presiden Bashar Al-Assad karena menyerang warga sipil di pinggiran kota Damaskus dengan senjata kimia pekan lalu.
Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin mengirim pesan twitter – “pihak Barat bertindak terhadap dunia Islam seperti monyet yang memiliki granat”. Sementara Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov lebih diplomatis.
Lavrov mengatakan, adalah suatu khayalan untuk berpendapat bahwa menyerang infrastruktur militer pemerintah Suriah akan merupakan awal dari akhir perang saudara di Suriah .
Beberapa analis Rusia mengatakan satu atau dua hari hukuman serangan udara tidak akan mengobah perang yang sudah menewaskan lebih dari 100 ribu orang. Georgy Mirsky – ahli Timur Tengah di Higher School of Economics di Moskow mengatakan.
“Rejim Suriah akan sangat menderita dan kehilangan beberapa kekuatannya . Tetapi Rusia dan Iran akan mengganti kerugian itu . Semuanya akan diganti,” kata Mirsky.
Mirsky dan beberapa anggota parlemen Rusia mengatakan tujuan sesungguhnya Amerika saat ini masih sama seperti tujuan Amerika sebelumnya di Afghanistan, Irak dan Libya – yaitu pergantian rejim.
Mirsky mengatakan, Rusia akan memperoleh manfaat tanpa berbuat sesuatu. ,
Pemimpin-pemimpin Amerika, Inggris dan Perancis mengatakan mereka akan mengambil tindakan militer setelah dugaan serangan gas beracun pekan lalu, yang menewaskan sedikitnya 350 warga sipil dan melukai ribuan lainnya.
Di Barat, konsensus yang berlaku bahwa tentara pemerintah Suriah melakukan serangan gas itu, menjadi peningkatan terbaru serangan terhadap warga sipil di daerah-daerah pemberontak dalam dua tahun ini.
Di Rusia, beberapa diplomat dan wartawan telah berulangkali mengatakan bahwa para pejuang oposisi Suriah yang justru menyerang kawasan yang mereka kuasai dengan senjata kimia. .
Dalam dua tahun terakhir, Rusia sudah tiga kali memveto resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap pemerintah Suriah. Dan jika terbuka kesempatan, tidak diragukan Rusia akan menjatuhkan veto ke-empat dalam beberapa hari ke depan.
Presiden Vladimir Putin mungkin menyadari bahwa ia tidak berdaya menghentikan pihak Barat untuk bertindak. Meskipun Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dalam konferensi pers hari Senin mengatakan “Rusia tidak akan memerangi siapa pun”.