Rusia menyumbangkan 260.000 ton pupuk yang disimpan di pelabuhan-pelabuhan dan gudang-gudang Eropa untuk digunakan oleh para petani di Afrika, kata PBB pada Selasa (29/11).
“(Sumbangan) ini akan bermanfaat untuk meringankan kebutuhan kemanusiaan dan mencegah bencana gagal panen di Afrika, di mana saat ini sedang memasuki musim tanam,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada para wartawan. Dia menyambut baik pengumuman tersebut.
Dia mengatakan sebuah kapal yang disewa oleh Program Pangan Dunia (WFP) meninggalkan Belanda pada Selasa dan membawa 20.000 ton pupuk dengan tujuan Malawi, negara di Afrika tenggara. Dujarric mengatakan perjalanan kapal tersebut akan memakan waktu sekitar satu bulan untuk mencapai Beira, di Mozambik, dan kemudian akan diangkut melalui darat ke Malawi, yang merupakan negara yang terkurung daratan.
“Ini akan menjadi yang pertama dari rangkaian pengiriman pupuk yang ditujukan ke sejumlah negara lain di benua Afrika dalam beberapa bulan mendatang,” tambah Dujarric.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, harga pupuk dunia, yang sudah melambung karena pandemi COVID-19, melonjak lebih tinggi lagi, sebagian karena kuota yang diberlakukan Moskow pada ekspor pupuknya, dengan alasan ingin persediaan yang cukup untuk petaninya sendiri.
PBB mengatakan harga pupuk telah meningkat secara mengejutkan sebesar 250 persen sejak sebelum pandemi pada 2019.
Rusia adalah pengekspor terbesar pupuk secara global. Berbagai gangguan, kelangkaan, dan kenaikan harga yang disebabkan oleh kuota telah membuat pupuk tidak terjangkau bagi sebagian petani kecil.
Keadaan demikian secara dramatis dapat menurunkan panen mereka, yang berpotensi menyebabkan kekurangan pangan tahun depan.
Ekonom kepala Program Pangan Dunia mengatakan kepada VOA bahwa negara-negara maju dan berkembang bergantung pada pupuk untuk setengah dari produksi pangan masing-masing. [lt/em]
Forum