Tautan-tautan Akses

 
Saham Teknologi Kesulitan Bangkit setelah “Hantaman” DeepSeek

Saham Teknologi Kesulitan Bangkit setelah “Hantaman” DeepSeek


Upaya pemulihan saham teknologi termasuk NVidia, yang baru saja mulai menguat, kembali goyah hari Selasa (28/1), akibat munculnya model kecerdasan buatan asal China, DeepSeek (foto: ilustrasi).
Upaya pemulihan saham teknologi termasuk NVidia, yang baru saja mulai menguat, kembali goyah hari Selasa (28/1), akibat munculnya model kecerdasan buatan asal China, DeepSeek (foto: ilustrasi).

Upaya pemulihan saham teknologi, yang baru saja mulai menguat, kembali goyah pada Selasa (28/1), sementara raksasa produsen chip AI, Nvidia (NVDA.O), berjuang bangkit dari kerugian spektakuler yang dipicu oleh munculnya model kecerdasan buatan berbiaya rendah asal China. Model ini dinilai mengancam dominasi para pesaing asal Amerika Serikat.

Pada sesi sebelumnya, Nvidia kehilangan nilai pasar sebesar 593 miliar dolar AS; sebuah penurunan satu hari terbesar yang pernah dialami perusahaan mana pun. Sementara itu, saham perusahaan yang bergerak di bidang semikonduktor, listrik, dan infrastruktur dengan eksposur pada AI secara kolektif anjlok lebih dari 1 triliun dolar AS.

Nvidia sempat naik 2% dalam perdagangan yang fluktuatif pada Selasa (28/1), tetapi angka tersebut masih jauh di bawah kenaikan prapasar yang sempat melebihi 5%. Saham perusahaan terkait AI lainnya mencatat kinerja beragam, dengan Oracle (ORCL.N) naik 1,4% dan Micron (MU.O) turun 1,3%. Saham teknologi di Eropa juga terkoreksi turun seiring berjalannya sesi perdagangan.

Aksi jual besar-besaran pada Senin (27/1) dipicu oleh peluncuran asisten AI gratis dari perusahaan rintisan China, DeepSeek, yang mengklaim pemodelannya menggunakan lebih sedikit data dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan layanan serupa yang ada di pasar saat ini.

Meskipun ada keraguan terhadap klaim biaya DeepSeek, CEO OpenAI Sam Altman menyebut model tersebut sebagai “model yang mengesankan,” sementara Presiden AS Donald Trump menyebutnya sebagai “peringatan bagi industri kita.”

“Kami jelas akan menghadirkan model yang jauh lebih baik, dan di saat yang sama terasa menyegarkan memiliki pesaing baru!” kata Altman, kepala perusahaan AI di balik ChatGPT, dalam unggahan media sosialnya.

Kemunculan DeepSeek di kancah AI mengguncang pandangan banyak pihak yang sebelumnya menilai China masih tertinggal beberapa tahun dari para pesaing besarnya di AS.

Para investor pun ramai-ramai melepas saham teknologi di mana saja, dengan dampak merembet dari Tokyo hingga Amsterdam dan Silicon Valley.

“Kita tidak tahu seberapa besar imbal hasil yang akan kita dapatkan dari investasi di sektor AI. Sekarang semua orang mempertanyakan langkah yang kita lakukan selama 18 bulan hingga dua tahun terakhir, yaitu membeli saham-saham AI tanpa kecuali,” kata Kim Forrest, Chief Investment Officer di Bokeh Capital Partners.
“Sentimen jangka panjang di Wall Street tetap positif, tetapi dalam jangka pendek hingga menengah, kondisinya masih tidak pasti.”

Di Eropa, saham perusahaan semikonduktor asal Belanda, ASML (ASML.AS), turun 0,5% dan Infineon (IFXGn.DE) melemah 0,6%. Saham perusahaan perangkat lunak asal Jerman, SAP (SAPG.DE), juga turun 0,3% usai melaporkan hasil kuartal terakhir.

Di AS, indeks semikonduktor Philadelphia (.SOX) turun 0,1%, setelah sehari sebelumnya mengalami penurunan persentase satu hari terbesar sejak Maret 2020.

DeepSeek Tiongkok Mengusik "Demam AI" di Wall Street
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:02 0:00

Tidak Ada Ruang untuk Kesalahan

Aksi jual ini mengingatkan kembali betapa banyak modal investor yang terpusat pada segelintir saham yang diperdagangkan dengan valuasi tinggi dibandingkan pasar secara keseluruhan.

Sebelum anjlok pada Senin (27/1), harga saham Nvidia diperdagangkan hampir 60 kali lipat dari nilai laba per sahamnya (P/E), dibandingkan rasio 22 kali lipat pada indeks S&P 500 secara keseluruhan, menurut data LSEG.

Euforia seputar AI telah mendorong arus modal masif ke pasar ekuitas, meningkatkan nilai pasar “Magnificent Seven” hingga sekitar 10 triliun dolar AS sejak ChatGPT memicu “demam AI” pada November 2022.

Namun, koreksi valuasi Nvidia hingga ke level terendah dalam setahun di 26,76 kali laba per saham justru menarik minat investor ritel.

Perusahaan analisis data Vanda Research menunjukkan investor ritel memanfaatkan penurunan tersebut dengan membeli bersih saham Nvidia senilai 562,2 juta dolar AS pada Senin—angka pembelian rekor. Data J.P. Morgan mengungkapkan jumlah pembelian dari investor ritel dua kali lipat lebih besar daripada penjualan pada hari itu.

“Ini reaksi emosional terhadap situasi yang belum kita ketahui sepenuhnya. Nantinya investor akan kembali masuk secara perlahan, mulai mengincar saham-saham semikonduktor yang dinilai oversold,” kata Art Hogan, Chief Market Strategist di B. Riley Wealth.

Peran Otomatisasi

Para investor telah meminjam dana besar untuk membeli saham teknologi yang mahal.
Penjualan besar pada Senin (27/1) kemungkinan memicu penjualan aset lain untuk menutup kerugian, dan dengan semakin maraknya model perdagangan algoritmik, pergerakan ini semakin diperparah, ujar Rob Almeida, Global Investment Strategist dan Portfolio Manager di MFS International.

“Ketika Anda melihat hari seperti ini, di balik layar mungkin ada posisi leverage yang terpaksa dilikuidasi, namun belum masuk perhitungan,” jelasnya.

Ia menambahkan, “Jadi jika kita gabungkan semuanya—perusahaan yang mungkin meraup pendapatan berlebih, rantai pasok AI yang mungkin sudah terlalu jenuh, valuasi yang amat mahal, leverage besar di pasar, dan terlalu banyak sistem otomasi yang menjual di saat bersamaan—semua itu baru terlihat jelas setelah semuanya terjadi.”

Sejumlah raksasa teknologi, termasuk Apple (AAPL.O) dan Microsoft (MSFT.O), dijadwalkan melaporkan pendapatan akhir pekan ini. Para eksekutif diperkirakan akan berupaya meredakan kekhawatiran terkait belanja modal mereka. [th/ns]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG