Panel Kongres yang menyelidiki kerusuhan di gedung Capitol pada 6 Januari 2021, mendengar kesaksian bahwa mantan presiden Donald Trump mendorong pejabat-pejabat Departemen Kehakiman Amerika Serikat untuk menyelidiki tuduhan penipuan pemilih, meskipun ia telah berulangkali diyakinkan bahwa tidak ada penyimpangan luas yang dapat mengubah kekalahannya dalam pemilihan kembali.
Panel Kongres pada Kamis (23/6) memusatkan perhatiannya pada upaya mantan asisten jaksa agung Jeffrey Clark, yang memiliki spesialisasi dalam bidang hukum lingkungan, untuk ditunjuk sebagai jaksa agung pada bulan terakhir masa kepresidenan Trump, sehingga ia dapat mengejar klaim yang telah dibantah bahwa Trump telah dicurangi.
Clark berulangkali mendorong pejabat-pejabat Departemen Kehakiman lainnya untuk menyelidiki klaim penipuan pemilu, dan menekan beberapa negara bagian untuk mencabut sertifikasi hasil pemilu yang menunjukkan bahwa Joe Biden telah mengalahkan Trump.
Tetapi ketika Clark melobi Trump agar ia ditunjuk menjadi orang nomor satu di Departemen Kehakiman, pejabat-pejabat tinggi lain mengatakan kepada Trump bahwa Clark tidak memenuhi syarat untuk memimpin departemen itu. Hal ini disampaikan salah seorang dari dua anggota Partai Republik di Komite Investigas Kongres, Adam Kinzinger.
Pada akhirnya setelah pejabat-pejabat Departemen Kehakiman mengancam akan mengundurkan diri jika Trump menunjuk Clark sebagai pemimpin mereka, Trump membatalkan rencana untuk mempromosikan Clark.
FBI Geledah Rumah Clark
Sejumlah agen FBI, pada Rabu (22/6) dini hari, menggeledah rumah Clark di pinggiran Virginia, memaksanya untuk berdiri di luar rumah dengan piyama, sementara FBI menggeledah rumahnya untuk mencari bukti mengenai tindakannya di akhir masa jabatan Trump. Penggeledahan itu menunjukkan bahwa tindakan itu merupakan bagian dari penyelidikan kriminal.
Saat sidang dimulai, Ketua Komite Penyelidik DPR Bennie Thompson mengatakan upaya Trump untuk menekan Departemen Kehakiman merupakan “upaya berani” untuk “membantu melegitimasi kebohongannya” bahwa ia telah dicurangi untuk memenangkan pemilu presiden November 2020.
Sidang Dengar Pendapat Kelima
Sidang yang digelar pada Kamis (23/6) merupakan sidang yang kelima pada bulan ini, ketika panel investigasi mengeksplorasi peran Trump dalam mendorong terjadinya kerusuhan 6 Januari 2021 di gedung Kongres AS, di saat anggota-anggota parlemen sedang berkumpul untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden.
Sekitar 2.000 pendukung Trump, yang sebelumnya mengikuti pawai di mana Trump mendorong mereka untuk datang ke Kongres dan “bertarung mati-matian,” menyerbu Kongres. Mereka bentrok dengan polisi, merusak gedung dan menggeledah kantor Kongres.
Lebih dari 800 demonstran itu telah didakwa dengan serangkaian pelanggaran, di mana 300 orang diantaranya mengaku bersalah atau dihukum di pengadilan, dan dipenjara dengan jangka waktu mulai dari beberapa minggu hingga lebih dari empat tahun.
Trump Cemooh Panel Kongres
Trump mencemooh kerja panel investigasi yang terdiri dari tujuh anggota Partai Demokrat dan dua anggota Partai Republik itu. Trump mengatakan presentasi dalam sidang itu memiliki bias terhadapnya. Hingga laporan ini disampaikan Trump masih mengklaim secara keliru bahwa ia telah dicurangi dalam pemilihan presiden 2020.
Sidang panel investigasi ini awalnya direncanakan akan berakhir pada Kamis, tetapi dengan lebih banyak bukti yang telah dikumpulkan, panel itu merencanakan sedikitnya dua sidang dengar pendapat publik lagi pada bulan Juli mendatang, sebelum merilis temuannya pada akhir musim panas nanti.
Salah satu sidang dengar pendapat pada Juli nanti diharapkan akan mengeksplorasi bagaimana kelompok sayap kanan mengadopsi klaim penipuan pemilu yang salah itu untuk membantu merencanakan serangan di Gedung Capitol. Sementara audiensi lainnya akan menyentuh apa yang dilakukan Trump di Gedung Putih selama lebih dari tiga jam ketika para demonstran dan perusuh menguasai sebagian besar gedung Kongres pada 6 Januari 2021 itu. [em/rs]