Sekolah No. 66 di Mariupol, Ukraina terakhir dibuka untuk siswa pada 23 Februari 2022.
“Tanggal 24 Februari, saya datang ke sekolah; beberapa guru dan staf juga datang. Bersama asisten dan wakil saya, saya menyembunyikan semua dokumen – buku nilai, arsip pribadi, catatan pekerjaan. Kami menyembunyikan semua peralatan kami ke dalam brankas. Saya tutup semuanya, saya bersihkan semuanya. Saya bahkan membuat video pendek – yang terakhir di sekolah," kata Natalia Rovitska, kepala sekolah itu.
Natalia mengatakan, ia melihat sekolah No.66 yang tenang, indah, menyenangkan, tetapi semua berubah setelah perang mulai berkobar.
Segera setelah perang dimulai, Mariupol jelas tidak aman. Namun, untuk beberapa waktu, Rovitska berhasil mampir ke sekolah untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
“Tanggal 10 Maret sore, orang tua yang tinggal di dekat sekolah datang menemui saya. Mereka mengatakan – jangan pergi ke sekolah lagi. Mereka menunjukkan gambar-gambar – tidak ada gedung sekolah. Sebuah rudal menghantam gedung sekolah; Sekolah dihancurkan," katanya.
Gempuran terhadap Mariupol semakin intensif. Rovitska bersama suami dan anjingnya menghabiskan waktu berhari-hari di ruang bawah tanah dan kemudian terpaksa pergi.
“Kami hampir tidak berkemas; suami saya dan saya membawa semua dokumen bersama kami. Kami hanya mengambil dua bantal, selimut, panci berisi makanan, kentang, dan sebotol air dari tempat penampungan, dan kami pergi," kata Natalia.
Ketika telah merasa aman, Rovitska segera mendapat tawaran pekerjaan di Warsawa. Sebuah yayasan bernama Unbreakable Ukraine membuka sekolah Ukraina pertama di sana dan membutuhkan seorang kepala sekolah.
“Sekolah itu memiliki 13 anak dari Mariupol; tiga dari mereka berasal dari sekolah lama saya," kata Natalia.
Kini, para siswa dari Sekolah No. 66 tersebar di seluruh dunia. Beberapa masih tinggal di Mariupol. Tapi Rovitska tetap berhubungan dengan sebagian besar dari mereka.
Perayaan hari terakhir bagi para siswa yang berhasil menyelesaikan studi mereka berlangsung secara daring.
Ketika Natalia berbicara dengan para orang tua dan anak-anak, dia mengatakan: “Para wisudawan tercinta, orang tua dan guru tercinta. Selamat untuk kalian semua!”
Terlepas dari perang, para guru terus mempersiapkan lulusan untuk ujian masuk universitas – untuk memastikan para siswa memahami bahwa kehidupan tetap harus terus berjalan. [lt/ab]
Forum