Sebuah kelompok bersenjata melepaskan tembakan ke terminal bus di Sudan selatan pada Senin (23/1), kata para pejabat, menewaskan sedikitnya empat orang dan mendorong pihak berwenang untuk mengumumkan keadaan darurat selama sebulan pada provinsi tersebut.
Para pejabat di provinsi Kordofan Selatan mengatakan serangan di ibu kota provinsi Kadugli itu melukai sedikitnya empat orang lainnya.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Media lokal melaporkan serangan tersebut terjadi saat para korban bergerak menuju ke daerah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak, yang dikenal sebagai Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara.
Mousa Gaber Mahmoud, penjabat gubernur provinsi Kordofan Selatan, menyayangkan terjadinya serangan tersebut, dan ia berjanji bahwa pihak otoritas lokal "akan melakukan segalanya untuk memulihkan keamanan dan stabilitas" di provinsi tersebut.
Ia mengatakan keadaan darurat mulai berlaku pada Senin di seluruh provinsi di wilayah selatan itu yang berbatasan langsung dengan Sudan Selatan.
Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara, yang dipimpin oleh Abdel Aziz al-Hilu, menguasai sebagian besar provinsi tersebut, termasuk wilayah pegunungan Nuba. Kelompok itu telah memerangi pemerintah di ibu kota Sudan, Khartoum, selama beberapa dekade.
Gencatan senjata dibuat antara militer dan kelompok tersebut setelah pencopotan Omar al-Bashir dari kursi kepresidenan Sudan pada April 2019 di tengah meningkatnya pemberontakan rakyat dalam melawan pemerintahan al-Bashir yang represif yang berlangsung selama tiga dekade.
Terdapat ketegangan antara kedua belah pihak setelah kudeta militer menggulingkan pemerintahan transisi pada Oktober 2021, yang menjerumuskan seluruh negeri ke dalam kekacauan lebih jauh. [my/rs]
Forum