Para pejabat PBB mengatakan pasukan intervensi Afrika yang sekarang dikerahkan di Mali dapat digandakan dari 3.300 tentara yang direncanakan semula, karena lebih banyak tentara dibutuhkan untuk membantu merebut kembali bagian utara negara itu yang dikuasai militan Islamis.
Dutabesar Pantai Gading di PBB Youssoufou Bamba, yang mewakili Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat di PBB, mengatakan hampir 1000 tentara sudah berada di Mali. Ia mendesak Dewan Keamanan hari Selasa (22/1) untuk menyediakan bantuan keuangan dan logistik darurat bagi operasi itu.
Pasukan Perancis dan Mali telah menghentikan gerakan militan untuk maju ke selatan, yang merebut daerah yang luas di Mali Utara setelah kudeta bulan Maret.
Seorang wartawan VOA di Gao mengatakan sebagian besar militan Islamis telah melarikan diri dari kota itu sejak pekan lalu ketika pesawat-pesawat tempur Perancis membom kedudukan mereka.
Wartawan VOA di Gao itu mengatakan hari Selasa bahwa sebagian militan telah terlihat di daerah itu – mengendarai truk-truk atau sepeda motor atau bersembunyi di pohon-pohon. Tetapi, ia menambahkan para Islamis itu tidak banyak atau cukup terorganisasi untuk menerapkan hukum Syariah yang ketat yang mereka berlakukan setelah merebut kota itu April lalu.
Pemuda setempat telah merokok lagi, kata wartawan VOA itu, dan perempuan yang tidak mengenakan jilbab kelihatan di jalan-jalan.
Wartawan di Gao tersebut mengatakan serangan udara Perancis di Gao 10 hari lalu tidak menewaskan seorangpun sipil, namun kota itu menderita kekurangan pangan dan obat-obatan karena semua pengiriman dari Niger dan Aljazair telah terhenti.
Gao tidak mempunyai hubungan komunikasi dengan dunia luar. Wartawan tadi mengatakan kepada VOA ia terpaksa melakukan perjalanan 180 kilometer ke luar Gao untuk mengirim laporan ini.
Pasukan militer Perancis dan Afrika Barat diperkirakan akan merebut kembali kota itu dalam beberapa minggu mendatang.
Sementara itu, pasukan Mali meronda Diabaly, sebuah kota di Mali tengah dimana militan Islamis dipukul mundur hari Senin oleh pasukan Perancis dan Mali. Penduduk Diabaly juga mengatakan militan yang sebelumnya berkuasa disana telah melarikan diri atau berusaha membaur dengan kaum sipil. Kota itu 400 kilometer sebelah utara ibukota, Bamako.
Wartawan yang memimpin tim laporan VOA di Mali, Idrissa Fall, mengatakan ketenangan juga sedang pulih di Douentza, sebuah kota yang direbut militan bulan September.
Dutabesar Pantai Gading di PBB Youssoufou Bamba, yang mewakili Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat di PBB, mengatakan hampir 1000 tentara sudah berada di Mali. Ia mendesak Dewan Keamanan hari Selasa (22/1) untuk menyediakan bantuan keuangan dan logistik darurat bagi operasi itu.
Pasukan Perancis dan Mali telah menghentikan gerakan militan untuk maju ke selatan, yang merebut daerah yang luas di Mali Utara setelah kudeta bulan Maret.
Seorang wartawan VOA di Gao mengatakan sebagian besar militan Islamis telah melarikan diri dari kota itu sejak pekan lalu ketika pesawat-pesawat tempur Perancis membom kedudukan mereka.
Wartawan VOA di Gao itu mengatakan hari Selasa bahwa sebagian militan telah terlihat di daerah itu – mengendarai truk-truk atau sepeda motor atau bersembunyi di pohon-pohon. Tetapi, ia menambahkan para Islamis itu tidak banyak atau cukup terorganisasi untuk menerapkan hukum Syariah yang ketat yang mereka berlakukan setelah merebut kota itu April lalu.
Pemuda setempat telah merokok lagi, kata wartawan VOA itu, dan perempuan yang tidak mengenakan jilbab kelihatan di jalan-jalan.
Wartawan di Gao tersebut mengatakan serangan udara Perancis di Gao 10 hari lalu tidak menewaskan seorangpun sipil, namun kota itu menderita kekurangan pangan dan obat-obatan karena semua pengiriman dari Niger dan Aljazair telah terhenti.
Gao tidak mempunyai hubungan komunikasi dengan dunia luar. Wartawan tadi mengatakan kepada VOA ia terpaksa melakukan perjalanan 180 kilometer ke luar Gao untuk mengirim laporan ini.
Pasukan militer Perancis dan Afrika Barat diperkirakan akan merebut kembali kota itu dalam beberapa minggu mendatang.
Sementara itu, pasukan Mali meronda Diabaly, sebuah kota di Mali tengah dimana militan Islamis dipukul mundur hari Senin oleh pasukan Perancis dan Mali. Penduduk Diabaly juga mengatakan militan yang sebelumnya berkuasa disana telah melarikan diri atau berusaha membaur dengan kaum sipil. Kota itu 400 kilometer sebelah utara ibukota, Bamako.
Wartawan yang memimpin tim laporan VOA di Mali, Idrissa Fall, mengatakan ketenangan juga sedang pulih di Douentza, sebuah kota yang direbut militan bulan September.