Hujan lebat di Afghanistan timur menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai hampir 350 lainnya, kata pejabat Taliban, pada Selasa (16/7).
Di antara korban tewas dalam badai yang terjadi pada Senin (15/7) adalah lima orang dari keluarga yang sama, ketika atap rumah mereka di distrik Surkh Rod roboh, menurut juru bicara pemerintah provinsi, Sediqullah Quraishi. Empat anggota keluarga lainnya terluka.
Sharafat Zaman Amar, juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat setempat, mengatakan bahwa 347 korban luka telah dilarikan dari Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangarhar, dan distrik-distrik terdekat ke rumah sakit wilayah di Nangarhar untuk dirawat.
Sekitar 400 rumah dan 60 tiang listrik hancur di seantero Nangarhar, kata Quraishi. Listrik padam di banyak daerah dan komunikasi di Kota Jalalabad pun terbatas, ungkapnya. Kerusakan akibat bencana itu masih dikaji.
Abdul Wali, 43 tahun, mengatakan bahwa kerusakan terjadi dalam satu jam.
“Anginnya sangat kuat hingga meniupkan segalanya ke udara. Setelah itu hujan deras turun,” tuturnya. Cucu perempuannya yang berusia empat tahun mengalami luka ringan.
Organisasi-organisasi bantuan segera mengirimkan bantuan dan tim keliling.
Direktur Komite Penyelamatan Internasional Afghanistan Salma ben Aissa mengatakan, kelompoknya sedang melakukan penilaian dan memberikan layanan kesehatan darurat.
“Berlanjutnya bencana-bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim di Afghanistan seharusnya menimbulkan kekhawatiran besar: konflik dan krisis ekonomi yang terjadi selama puluhan tahun telah menyebabkan negara ini menghadapi kemunduran demi kemunduran dalam upaya untuk bangkit kembali,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
“Kenyataan menyedihkannya adalah tanpa peningkatan bantuan besar-besaran dari para pendonor dan komunitas internasional, lebih banyak orang akan kehilangan nyawanya,” tambahnya.
Pada Mei lalu, hujan lebat hebat menewaskan lebih dari 300 orang dan menghancurkan ribuan rumah, terutama di Provinsi Baghlan di utara Afghanistan, menurut Program Pangan Dunia. [rd/ab]
Forum