Ribuan prajurit dari Indonesia, Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, Jepang dan Singapura menunjukkan kemampuan tempur mereka dalam latihan puncak Super Garuda Shield 2023 di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Minggu (10/9).
Dalam operasi pendaratan amfibi itu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut mengerahkan sekitar 700 prajurit dari Korps Marinir. Operasi diawali dengan manuver pesawat-pesawat jet tempur F-16 milik TNI Angkatan Udara, yang juga melakukan serangkaian teknik pengeboman atau bomb burst, dan penghancuran sasaran melalui udara.
Komandan Satuan Tugas Latihan Amfibi TNI AL Laksamana Pertama Tunggul mengatakan telah melakukan koordinasi dengan negara-negara peserta lain jauh sebelum latihan puncak pada Minggu.
Berbicara kepada para wartawan, termasuk tim VOA, di atas KRI Surabya, Tunggul menjelaskan bahwa “selama kurang lebih satu minggu sudah melakukan tahapan harbor face, yaitu tahapan yang lebih ke persamaan persepsi terhadap segala yang akan kita lakukan selama manuver lapangan."
Tidak lama setelah dua jet tempur F-16 beraksi, perebutan wilayah pun dimulai. Sepuluh kendaran tempur Korps Marinir TNI AL, termasuk beberapa tank LVT-7 dan kendaraan amfibi pengangkut artileri (KAPA) K-16 keluar dari kapal landing ship tank (LST), yang kemudian langsung bergerak menuju Pantai Banongan. Begitu kendaraan tempur itu mencapai daratan, ratusan prajurit langsung keluar untuk menguasai pantai. Tak jarang mereka menggunakan senjata artileri dan peluncur roket.
Kantor berita Associated Press melaporkan saat pasukan Indonesia mengerahkan dua tank tempur Leopard-2, pasukan Australia mengirim lima tank tempur jenis A1A1 Abrams. Ini merupakan pertama kalinya Australia mengerahkan tank-tank tempur di luar wilayahnya sejak Perang Vietnam.
Operasi perebutan pantai itu berlangsung selama sekitar satu jam, dan diakhiri dengan mendaratnya dua kapal landing craft air cushion (LCAC) Angkatan Laut AS.
Atasi Kesulitan Teknis dan Bahasa
Laksamana Pertama Tunggul mengatakan perbedaan doktrin setiap negara dan keragaman alat utama sistem persenjataan (alutsista) menjadi tantangan tersendiri. Ia berharap latihan gabungan ini tidak saja membuat semua prajurit memahami secara teknis piranti tempur yang digunakan, tetaip juga membangun dan memperat hubungan militer antara negara yang terlibat.
“Ini sangat penting!” tegasnya, seraya menambahkan “bahasa diplomasinya strength our relationship (memperkuat hubungan kita.red). Ini yang paling utama,” ujar Tunggul.
Diwawancarai secara terpisah, Komandan Pasukan Pendaratan Korps Marinir, Letnan Kolonel Marinir Mintarjo mengatakan para peserta bisa mengatasi kesulitan meski beda negara dan bahasa.
“Di lapangan, ini semua berhasil kami atasi,” ujarnya.
Salah seorang prajurit TNI AL, Putu P, mengatakan ia senang dapat menjadi salah satu peserta latihan bergengsi Super Garuda Shield 2023.
“Pada dasarnya secara personal saya sangat bangga ikut dalam latihan gabungan Super Garuda Shield ini, dan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman saya,” ujar prajurit yang bertindak sebagai gunner atau penembak di kendaraan tempur Korps Marinir TNI AL.
Peserta Terus Bertambah
Latihan gabungan yang diberi nama Garuda Shield ini telah dilakukan setiap tahun antara prajurit Indonesia dan Amerika Serikat sejak 2009. Australia, Jepang dan Singapura, yang merupakan sebagian peserta latihan tahun lalu, kembali ikut serta dalam latihan puncak pada Minggu (10/9).
Latihan ini terus menarik perhatian hingga membuat daftar negara yang berpartisipasi meluas, mencakup Inggris dan Prancis. Total prajurit yang ikut dalam latihan ini mencapai lebih dari 5.000 personel.
Dalam wawancara khusus dengan Associated Press pada Sabtu (9/9), Komandan Jenderal Divisi Infanteri ke-25 Angkatan Darat AS, Mayjen Marcus Evans, mengatakan pengenalan kemampuan persenjataan dalam latihan berskala besar ini akan memberikan kesempatan kepada pasukan sekutu dan mitra pertahanan untuk menguji persenjataan mereka. Hal ini penting saat seluruh negara peserta latihan gabungan ini bersiap menyempurnakan kesiapan militer mereka.
Perluasan Kerja Sama Pertahanan AS-Indonesia
Pengamat militer Al Araf memuji latihan gabungan seperti Super Garuda Shield ini, yang menurutnya akan meningkatkan kapasitas prajurit dan mengkaji kesiapan peralatan tempur.
“Bagi Indonesia sendiri latihan gabungan semacam ini meningkatkan kapasitas TNI dalam menyiapkan skenario terburuk seperti perang," tambahnya.
Lebih jauh Al Araf menilai latihan semacam ini juga akan membantu Indonesia mengatasi beberapa masalah di kawasan, seperti sengketa wilayah di Laut Cina Selatan.
China telah sejak lama melihat latihan militer yang terus diperluas ini sebagai ancaman, dan awal September lalu menuding Amerika Serikat berupaya membangun aliansi Indo-Pasifik yang mirip dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO (North Alliance Treaty Organization) guna membatasi pengaruh militer dan diplomasi China di kawasan itu.
Untuk itu Al Araf berharap kerja sama Indonesia dan AS ini dapat diperluas lagi, dengan memberikan pelatihan dan beasiswa bagi prajurit-prajurit terbaik Indonesia agar dapat mengenyam latihan dan pendidikan di AS.
Selepas latihan perebutan pantai itu, seluruh peserta Super Garuda Shield akan mengikuti acara kebudayaan dan perpisahan di Banyuwangi, Jawa Timur.[iy/em]
Forum