Miranti Serad, penulis lagu “Sehelai Kain Batik” yang juga pengumpul dan pelestari batik, memperoleh inspirasi untuk menulis lagu tentang batik, ketika ia mengunjungi daerah pesisir utara Jawa Tengah.
Miranti, yang membina batik Kudus sejak 2008, merasakan bahwa batik adalah tumpahan perasaan dari pembuatnya. Menurutnya, kain batik pada masa lalu bertutur mengenai filososi, kearifan lokal, budi pekerti, mengenai alam raya, keindahan.
Dari pemahaman mengenai berbagai filosofi batik itulah Miranti menulis lirik lagu itu.
“ ‘Sehelai kain penuh cerita’, saya pikir menarik ya. Saya menulis: ada pelangi... maksudnya kiasan dari setiap motif, jadi simbol kebhinekaan dalam batik Indonesia itu sangat kuat,” kata Miranti kepada VOA.
Ketua Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga, berperan memperkenalkan lagu itu ke khalayak luas. Yanti juga ikut andil menambahkan dua baris dalam lirik terakhir.
Sehelai Batik
Sehelai kain penuh cerita
Mengurai hidup manusia
Bercanting dalam karya
Nuansa indah tercipta
Lestarikan batik Indonesia
Warna warni penuh pesona
Junjung tinggi budaya kita
Maha karya anak bangsaku
Kupeluk batik penuh cinta
Ku bangga karya saudaraku
Pelangi jiwa nan kaya
Wasiat budaya tak terhingga
Lembut dan sendu
Miranti mengungkapkan lagu “Sehelai Kain Batik” mendapat banyak tanggapan setelah dirilis di YouTube. Beberapa temannya berpendapat lagu itu melankolis, kurang bersemangat.
Sebetulnya, tutur Miranti, lagu itu harusnya penuh semangat. Namun, ternyata ada cerita sedih di balik irama yang sendu itu.
Miranti menuturkan saat mampir ke beberapa daerah pesisir, dia mendapati batik tulis dijual seharga Rp 500 ribu – Rp 600 ribu, turun dari harga jual sebelumnya yang bisa mencapai Rp 1,4 juta karena pandemi virus corona.
Itu pun, ujar Miranti, untuk ditukarkan dengan beras.
“Karena upaya pembatik yang melibatkan banyak pihak itu, kok, rasanya hanya dihargai segitu. Sedih rasanya,” ujar Miranti yang juga pemain harpa.
“Saya juga ingin agar ibu-ibu yang punya rezeki lebih, coba nggak usah pakai nawar. Beli saja. Tapi ya, karena sekarang ini resesi ekonomi, ya kita saling bantu,” tuturnya.
Dalam waktu cukup singkat, lagu “Sehelai Kain Batik” yang dibawakan oleh Melati Chamber Music pimpinan Miranti Serad berhasil diluncurkan pada Hari Batik Nasional, pada 2 Oktober.
Penggubah lagu atau komposer, Santoso Nurhairani, mengatakan setelah menerima lirik-lirk dari Miranti, dia membutuhkan kira-kira sepuluh hari sebelum untuk mencari melodi yang pas dan tidak mirip lagu lain. Setelah menemukan melodi yang tepat, Santoso memainkan di piano.
“Saya kirim dan disetujui, kemudian lanjut ke latihan lagi dan direkam. Grup saya berlima, Miranti main harpa, Ari Moeladi di bass, Marini main suling, saya main cello serta Grace, Carla yang main piano,” papar Santoso.
Lagu itu dinyanyikan oleh penyanyi seriosa, Chandra dan Dea Panendra.
Dea, yang mengaku jarang mengenakan batik, merasa bangga dan tergugah membawakan lagu itu.
“Rasanya senang banget bisa ikut menyuarakan kisah dari kain ini. Apalagi liriknya juga indah sekali ya, Jadi ikut bangga," tutur penyanyi berusia 29 tahun itu yang kerap tampil dalam sandiwara musik.
Semoga alunan lagu “Sehelai Batik” ini membahana di bumi nusantara dan mampu menggugah hati generasi penerus untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Indonesia. [ps/em/ft]