Tautan-tautan Akses

Sejumlah Negara Monitor Air Limbah Penerbangan yang Tiba dari China


Seorang penumpang yang baru tiba dari China menjalani tes COVID-19 di Bandara Roissy Charles de Gaulle di Paris, pada 1 Januari 2023. (Foto: AP/Aurelien Morissard)
Seorang penumpang yang baru tiba dari China menjalani tes COVID-19 di Bandara Roissy Charles de Gaulle di Paris, pada 1 Januari 2023. (Foto: AP/Aurelien Morissard)

Beberapa negara mengatakan akan memantau air limbah dari penerbangan yang tiba dari China sebagai tanggapan atas ledakan kasus baru COVID-19 di seluruh wilayah negara tersebut.

Meskipun tindakan tersebut tidak akan mencegah perebakan virus mematikan itu, tindakan tersebut akan memberi gambaran sekilas tentang skala wabah yang terjadi di China dan apakah terdapat varian baru yang muncul di sana.

Bagaimana Mekanismenya?

Proses pemeriksaan tersebut melibatkan pemeriksaan campuran urin dan feses dari toilet sejumlah penerbangan yang tiba dari China. Air limbah itu kemudian dianalisa untuk mengetahui secara kasar berapa persentase penumpang yang mengidap COVID-19 dan variannya.

Pihak berwenang setempat mengumpulkan air limbah itu secara langsung begitu pesawat mendarat, dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diuji. Setelah virus terdeteksi, genomnya akan diurutkan untuk mengatahui apakah itu merupakan sub-varian yang sudah diketahui.

Air limbah juga dikumpulkan dari seluruh bandara, tetapi hal itu tidak memungkinkan untuk menentukan dari negara mana sampel itu berasal.

Negara Mana yang Memeriksa Air Limbah Pesawat dari China?

Belgia, Kanada, Austria, dan Australia adalah beberapa negara yang mengindikasikan akan menguji air limbah pesawat yang berasal dari China.

Uni Eropa diperkirakan juga akan mengikuti langkah itu setelah sebagian besar pejabat kementerian kesehatan nasional blok tersebut pada Selasa (3/1) merekomendasikan peningkatan pemantauan air limbah itu.

Menurut laporan sejumlah media, Amerika Serikat juga tengah mempertimbangkan langkah tersebut.

Apa Urgensinya?

Infeksi baru COVID-19 di China telah melonjak setelah pemerintah Xi Jinping mencabut kebijakan nol-COVID pada 7 Desember atas desakan luas masyarakat.

Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, mengatakan mereka kini mewajibkan pelaku perjalanan yang tiba dari China untuk menunjukkan hasil tes COVID-19 negatif. Langkah tersebut memicu kemarahan China, yang menuding kebijakan baru itu bermotif politik.

Namun tidak seperti hasi tes COVID-19, pemantauan air limbah tidak akan menghalangi orang yang positif terjangkit COVID untuk memasuki suatu negara.

“Sampel-sampel ini menawarkan gambaran tentang apa yang saat ini sedang terjadi di China,” ujar Antoine Flahault, Direktur Institut Kesehatan Global di Universitas Jenewa. Langkah tersebut bisa menjadi sangat penting mengingat banyak “keraguan atas transparansi dan ketekunan China dalam memberikan informasi kesehatan resmi,” ujar Flahault pada AFP.

Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada Rabu (3/1) lalu, mengkritik definisi kematian akibat COVID-19 yang “sangat sempit” di Beijing, dan mengatakan statistik resmi dari pemerintah China “kurang mewakili” data rawat inap dan kematian di rumah sakit.

Kurang Invasif

Memantau air limbah dapat membantu mengisi data yang hilang, kata Flahault.

“Dengan mengetahui bahwa 30-50 persen penumpang dari China saat ini terinfeksi COVID-19, sangat berguna. Mengingat tidak ada angka yang dapat diandalkan,” tambahnya.

Langkah itu juga memungkinkan negara-negara yang memantau air limbah tersebut dapat mengetahui kemungkinan varian baru yang bisa mengubah lintasan pandemi, sebagaimana yang dilakukan varian Omicron pada akhir tahun 2021.

Pakar-pakar kesehatan telah memperingatkan bahwa ledakan kasus di antara 1,4 miliar penduduk China dapat menjadi tempat berkembang biak yang subur bagi varian baru virus corona. Pemantauan air limbah jauh lebih mudah dilakukan dan tidak invasif, dibanding menguji kesehatan penumpang saat tiba di bandara.

Keterbatasan

Pakar virologi asal Prancis Vincent Marechal mengatakan meskipun pemeriksaan air limbah penerbangan yang tiba dari China “bekerja sangat baik,” hal itu tidak dapat memberi “pandangan menyeluruh” tentang infeksi atau varian lain di dalam pesawat.

Salah satu keterbatasannya adalah air limbah hanya dapat memantau penumpang-penumpang yang menggunakan toilet selama penerbangan.

Selain itu, diperlukan waktu berhari-hari untuk mengumpulkan, menguji, mengurutkan dan menganalisis temuan yang tidak dapat diuraikan dari masing-masing penumpang.

Pemeriksaan tersebut hanya menawarkan sejumlah kecil panduan untuk bertindak cepat berdasarkan hasil yang didapatkan.

“Setelah Anda mendapatkan informasinya, apa yang dapat Anda lakukan dengan hasil itu? Hubungi kembali semua orang yang ada di pesawat?” tanya Marechal. “Ini menarik, tetapi sudah terlambat untuk mengambil tindakan terhadap mereka.” [em/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG