Dewasa ini di Amerika, diperkirakan ada 335 juta pengguna remote control TV. Kehadiran remote control itu memang benar-benar memberi kenyamanan penonton TV, apalagi ratusan saluran TV kini menyediakan berbagai program yang menarik. Semuanya itu diawali dari penemuan Eugene Polley yang menciptakan remote control tidak berkabel pada tahun 1950-an.
Beberapa waktu lalu, Eugene Polley meninggal dunia pada usia 96 tahun. Banyak yang tidak mengenal namanya, namun menikmati hasil ciptaannya, yaitu remote control. Ia memang bukan orang pertama yang menciptakan remote control untuk TV.
Remote control pertama diciptakan pada tahun 1950 dan disebut “Lazy Bone”. Sayangnya alat tersebut menggunakan kabel tebal yang dikaitkan ke pesawat TV. Kabel tebal itu sering membuat orang jatuh karena tersangkut atau sering rusak digigit anjing.
Pada tahun 1955, Eugene Polley menciptakan remote control yang tidak berkabel. Bentuknya mirip seperti alat pengering rambut atau hair dryer. Alat itu dinamakan “Flash-Matic” dan dapat mengarahkan sinar yang terlihat oleh mata. Sinar tersebut dapat mengaktifkan empat tombol pada televisi, termasuk mengganti tampilan layar TV, mengecilkan suara atau mengganti saluran TV.
Sayangnya, penemuannya itu bergantung pada sinar yang terlihat oleh mata, sehingga alat itu menjadi tidak berfungsi jika terkena paparan sinar matahari atau pun sinar lampu mobil yang lewat.
Ide tentang remote control tak berkabel tersebut pertama kali dilontarkan oleh Nikola Tesla pada tahun 1893. Namun, baru pada tahun 1955, Polley, seorang insinyur yang bekerja pada Zenith Radio Corp- perusahaan pembuat TV- mengusulkan untuk menciptakan remote TV tak berkabel.
Kini, penemuannya tersebut memberi banyak manfaat bagi jutaan pemirsa TV di Amerika. Polley pun mendapat sebutan sebagai “The Father of the Remote Control” atau bapak pencipta remote control.
Dalam sebuah wawancaranya dengan harian Baltimore Sun pada tahun 2000, Polley mengatakan, ciptaannya itu membuatnya merasa bahwa hidupnya tidak sia-sia, karena ia membuat penemuan yang bermanfaat bagi manusia, seperti seorang penemu yang menciptakan toilet yang dapat menyiram sendiri.
Walaupun demikian, pada awal peluncuran remote control tersebut, tidak semua orang menyukai ide untuk menggunakan remote control. Saul Bellow, seorang novelis mencela penemuan tersebut karena membuat pemirsa kerap mengganti saluran TV sehingga sulit mengikuti jalan cerita suatu film.
Sedangkan Edward Tenner, sejarawan di bidang teknologi dan kebudayaan serta penulis buku “Our Own Devices” memuji penemuan Polley tersebut. Tenner mengatakan, bayangkan para pengguna remote control yang berkomunikasi dengan sejumlah perangkat elektronik. Semuanya itu diawali dari ide tentang remote control TV.
Sejumlah studi tentang penggunaan remote TV pun dilakukan pada tahun 1980-an. Hasil studi itu menunjukkan, laki-laki dan perempuan menggunakan alat tersebut secara berbeda.
Perempuan cenderung menonton satu saluran TV sedangkan laki-laki kerap mengganti saluran TV dan ingin menonton dua acara TV pada saat yang bersamaan. Sebuah studi lain juga dilakukan pada tahun 1996 terhadap 36 pasangan yang menggunakan remote control. Sebagian responden perempuan mengeluhkan penggunaan remote control karena pasangannya sering mengganti saluran TV.
Beberapa waktu lalu, Eugene Polley meninggal dunia pada usia 96 tahun. Banyak yang tidak mengenal namanya, namun menikmati hasil ciptaannya, yaitu remote control. Ia memang bukan orang pertama yang menciptakan remote control untuk TV.
Remote control pertama diciptakan pada tahun 1950 dan disebut “Lazy Bone”. Sayangnya alat tersebut menggunakan kabel tebal yang dikaitkan ke pesawat TV. Kabel tebal itu sering membuat orang jatuh karena tersangkut atau sering rusak digigit anjing.
Pada tahun 1955, Eugene Polley menciptakan remote control yang tidak berkabel. Bentuknya mirip seperti alat pengering rambut atau hair dryer. Alat itu dinamakan “Flash-Matic” dan dapat mengarahkan sinar yang terlihat oleh mata. Sinar tersebut dapat mengaktifkan empat tombol pada televisi, termasuk mengganti tampilan layar TV, mengecilkan suara atau mengganti saluran TV.
Sayangnya, penemuannya itu bergantung pada sinar yang terlihat oleh mata, sehingga alat itu menjadi tidak berfungsi jika terkena paparan sinar matahari atau pun sinar lampu mobil yang lewat.
Ide tentang remote control tak berkabel tersebut pertama kali dilontarkan oleh Nikola Tesla pada tahun 1893. Namun, baru pada tahun 1955, Polley, seorang insinyur yang bekerja pada Zenith Radio Corp- perusahaan pembuat TV- mengusulkan untuk menciptakan remote TV tak berkabel.
Kini, penemuannya tersebut memberi banyak manfaat bagi jutaan pemirsa TV di Amerika. Polley pun mendapat sebutan sebagai “The Father of the Remote Control” atau bapak pencipta remote control.
Dalam sebuah wawancaranya dengan harian Baltimore Sun pada tahun 2000, Polley mengatakan, ciptaannya itu membuatnya merasa bahwa hidupnya tidak sia-sia, karena ia membuat penemuan yang bermanfaat bagi manusia, seperti seorang penemu yang menciptakan toilet yang dapat menyiram sendiri.
Walaupun demikian, pada awal peluncuran remote control tersebut, tidak semua orang menyukai ide untuk menggunakan remote control. Saul Bellow, seorang novelis mencela penemuan tersebut karena membuat pemirsa kerap mengganti saluran TV sehingga sulit mengikuti jalan cerita suatu film.
Sedangkan Edward Tenner, sejarawan di bidang teknologi dan kebudayaan serta penulis buku “Our Own Devices” memuji penemuan Polley tersebut. Tenner mengatakan, bayangkan para pengguna remote control yang berkomunikasi dengan sejumlah perangkat elektronik. Semuanya itu diawali dari ide tentang remote control TV.
Sejumlah studi tentang penggunaan remote TV pun dilakukan pada tahun 1980-an. Hasil studi itu menunjukkan, laki-laki dan perempuan menggunakan alat tersebut secara berbeda.
Perempuan cenderung menonton satu saluran TV sedangkan laki-laki kerap mengganti saluran TV dan ingin menonton dua acara TV pada saat yang bersamaan. Sebuah studi lain juga dilakukan pada tahun 1996 terhadap 36 pasangan yang menggunakan remote control. Sebagian responden perempuan mengeluhkan penggunaan remote control karena pasangannya sering mengganti saluran TV.