Harga minyak menurun lagi setelah kenaikan baru-baru ini menjadi sekitar $56 per barel, harga tertinggi dalam 18 bulan. Harga minyak mentah naik setelah OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak) mencapai kesepakatan dengan negara-negara penghasil minyak di luar kartel ini untuk bersama-sama mengurangi produksi guna mengekang kelebihan pasokan global.
Harga merosot pada hari Rabu (14/12) di tengah laporan mengenai lonjakan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat. Ada kekhawatiran bahwa banjir minyak dan dolar yang lebih kuat dapat kembali menyebabkan penurunan harga minyak mentah. VOA membahas situasi minyak global ini dengan Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Sanusi Barkindo.
Harga minyak mentah merosot lagi hari Rabu, setelah bank sentral Amerika atau Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar seperempat persen, dengan alasan perekonomian yang menguat.
Kenaikan nilai dolar telah membuat minyak lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lainnya. Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan kepada VOA bahwa anggota kartel ini, serta produsen minyak lainnya, telah kewalahan dalam beberapa tahun terakhir.
"Harga-harga telah anjlok sampai 80 persen. Perusahaan yang tutup sampai ratusan karena itu. Investasi dalam industri ini juga telah berkurang sangat banyak memasuki tahun ketiga berturut-turut sekarang," kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo.
Pejabat OPEC tersebut mengatakan pada tahun 2015 investasi menciut hampir 26 persen secara global, dan tahun ini penyusutan itu diperkirakan hampir 22 persen. Dia mengatakan situasi ini berbahaya tidak hanya untuk industri minyak, tetapi juga untuk masyarakat global karena mengancam pasokan masa depan.
"Mengalami tiga tahun berturut-turut, bukan perlambatan, tetapi penciutan nyata dalam investasi akibat harga minyak yang rendah, merugikan perekonomian global dan karena itulah tuntunan diambil oleh OPEC, bersama-sama dengan mitra kami dari negara-negara non-OPEC, untuk memulihkan stabilitas pasar," lanjutnya.
Pengekspor minyak utama Arab Saudi, anggota OPEC, sepakat pada 30 November untuk memangkas sekitar 486.000 barel per hari untuk mengurangi kelebihan pasokan yang telah mengganggu pasar selama dua tahun ini. Pada hari Sabtu, produsen dari luar OPEC, yang dipimpin oleh Rusia, sepakat untuk mengurangi produksi sampai 558.000 barel per hari, kontribusi pemotongan terbesar yang pernah dilakukan oleh negara bukan anggota OPEC. Para analis mengatakan pembatasan produksi bisa membantu mendongkrak industri minyak tahun depan.
"Ini dapat menandai perubahan besar di pasar minyak memasuki tahun 2017. Hal ini jelas salah satu yang dipantau, menurut saya. Tapi seperti biasa dengan negara-negara OPEC dan non-OPEC, buktinya baru terlihat setelah dijalankan, jadi kita jangan terlalu cepat bergembira," kata Chris Beauchamp, analis pasar senior IG yang berbasis di London.
Sekretaris Jenderal OPEC mengatakan industri minyak bergerak dalam siklus naik dan turun. Tapi dari semua siklus sejauh ini, salah satu yang terparah dimulai pada November 2014. [as/uh]