Sekjen PBB dan Paus Fransiskus serta pemimpin lainnya menyerukan agar negara-negara menghentikan produksi dan penggunaan ranjau darat, bahkan ketika penyebaran ranjau darat semakin meningkat.
Mereka mengajukan permohonan itu hari Senin, di sebuah konferensi mengenai Perjanjian Pelarangan Ranjau yang telah berusia 25 tahun yang dibuka di Kamboja.
Sebuah kelompok pemantau ranjau darat mengatakan sedikitnya 5.757 orang tewas dan terluka tahun lalu, akibat ranjau darat dan senjata yang tidak meledak. Para korban sebagian besar adalah warga sipil, sepertiga di antaranya anak-anak.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, sebagian negara telah memperbarui penggunaan ranjau anti-personil. Badan Pengawas Ranjau Darat mengatakan, Rusia menggunakan ranjau secara luas di Ukraina, dan seminggu lalu, Amerika Serikat mengumumkan akan mulai menyediakan ranjau anti-personil kepada Ukraina.
“Saya menyerukan kepada negara-negara untuk memenuhi kewajiban mereka dan mematuhi perjanjian, sambil mengatasi dampak kemanusiaan dan pembangunan, melalui dukungan keuangan dan teknis,” kata Guterres pada pembukaan konferensi di Kamboja.
“Saya juga mendorong semua negara yang belum mengakui perjanjian tersebut untuk bergabung dengan 164 negara yang telah melakukannya,” tambahnya.
Dalam pernyataan Paus Fransiskus yang dibacakan oleh wakilnya, Kardinal Pietro Parolin mengatakan, ranjau darat anti-personil dan alat peledak yang menelan korban terus digunakan. Bahkan setelah bertahun-tahun perang berakhir, “perangkat berbahaya ini terus menimbulkan penderitaan yang parah bagi warga sipil, terutama anak-anak.”
“Paus Fransiskus mendesak semua negara yang belum meninggalkan penggunaan ranjau, agar menyetujui perjanjian tersebut, serta segera menghentikan produksi dan penggunaan ranjau darat,” katanya.
Perjanjian itu ditandatangani tahun 1997 dan mulai berlaku tahun 1999, namun hampir tiga lusin negara belum menyetujuinya, termasuk beberapa produsen dan pengguna ranjau darat utama saat ini dan masa lalu seperti Amerika Serikat, China, India, Pakistan, Korea Selatan. dan Rusia. [ps/ab]
Forum