Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB António Guterres, Rabu (2/12) mengecam kegagalan "fatal" dalam memerangi pemanasan global. Ia juga menyatakan pemulihan dari pandemi COVID-19 dapat dijadikan kesempatan masyarakat internasional untuk kembali menyelamatkan planet bumi.
"Kondisi planet ini rusak. Umat manusia mengobarkan perang terhadap alam. Ini bunuh diri," kata Sekjen PBB itu dalam pidatonya di Universitas Columbia di kota New York.
"Tahun depan kita punya kesempatan untuk menghentikan penjarahan dan memulai penyembuhan," imbuh Guterres. "Pemulihan COVID-19 dan perbaikan bumi haruslah dari dua sisi mata uang yang sama."
Guterres menyerukan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, dan menyampaikan pertemuan puncak yang direncanakan pada 12 Desember 2020 dalam peringatan kelima perjanjian perubahan iklim Paris harus memetakan jalan baru pada masa mendatang. "Dunia baru sedang terbentuk," lanjutnya.
"Keanekaragaman hayati mengalami kerusakan. Satu juta spesies terancam punah. Ekosistem menghilang di depan mata. Gurun-gurun pasir bertambah luas. Lahan-lahan basah mulai lenyap. Setiap tahun, kita kehilangan 10 juta hektar hutan. Lautan dikuras dan dijejali sampah plastik. Karbon dioksida yang diserap mengakibatkan kadar air laut menjadi asam. Terumbu karang memutih dan mati. Polusi udara dan air mengakibatkan kematian sembilan juta orang setiap tahun."
Oleh karena itu, Guterres memperingatkan bahwa "berdamai dengan alam" harus "menjadi prioritas utama" abad ke-21, dan mengingatkan bahwa 'tidak ada vaksin untuk planet ini.'
Menyambut komitmen pertama menuju netralitas karbon dari China, Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan, Guterres berharap gerakan tersebut menjadi global.
"Setiap negara, kota, lembaga keuangan, dan perusahaan harus mengadopsi rencana transisi ke emisi nol bersih pada tahun 2050," pungkas Sekjen PBB itu. [mg/ka]