Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa (12/10) mengingatkan pentingnya untuk menghargai keragaman dalam pidato yang ia sampaikan pada debat terbuka tentang keragaman, pembangunan negara dan pencarian perdamaian di Dewan Keamanan PBB.
“Pandemi COVID-19 telah mempertajam kesenjangan, dan merusak pembangunan dan hasil perdamaian. Ketimpangan dan struktur pemerintahan yang lemah ini menciptakan kekosongan yang mudah diisi oleh suara-suara intoleransi dan ekstremisme yang bisa mengarah pada konflik kekerasan,” kata Guterres kepada pada delegasi.
Senada dengan Guterres, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengatakan bahwa "banyak negara saat ini tampaknya tidak mampu mengelola keragaman. Kita telah membangun sistem global yang meningkatkan perpecahan bukan saja antar, tetapi juga di dalam negara."
"Sistem yang percaya bahwa ada ras atau jenis kelamin yang lebih rendah, atau lebih tinggi, atau agama yang lebih dekat dengan Tuhan daripada yang lain," ungkap Kenyatta kepada para wartawan di markas PBB di New York.
Kenya saat ini memegang kursi kepresidenan Dewan Keamanan PBB, jabatan yang digilir setiap bulan. Itu sebabnya Kenyatta berada di Amerika Serikat. Kenya selama ini juga dikenal cukup vokal di antara negara-negara Afrika lainnya dalam menyuarakan pendapatnya mengenai perang yang terjadi di Ethiopia. (ka/lt)