Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengutuk pembatasan perjalanan yang menarget negara-negara di selatan Afrika, di mana varian omicron dari virus corona perta kali dilaporkan, dan menuduhnya sebagai bentuk segregasi perjalanan yang rasis.
Guterres mengecam pembatasan tersebut setelah negara-negara di seluruh dunia – dipimpin oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat – mengumumkan pembatasan perjalanan itu.
“Kita memiliki instrumen untuk melakukan perjalanan yang aman. Mari gunakan instrumen itu untuk menghindari – izinkan saya mengatakan – pembatasan perjalanan Apartheid, yang yang menurut saya tidak dapat diterima,” kata Guterres setelah melangsungkan pembicaraan dengan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat.
Apartheid adalah sistem brutal segregasi rasial yang telah mendarah daging di Afrika Selatan di mana orang kulit hitam dan orang-orang dari kelompok ras lain tidak memiliki hak politik dan ekonomi yang sama dengan orang kulit putih dan dipaksa untuk hidup terpisah dari orang kulit putih.
Pembatasan perjalanan itu menarget beberapa negara setelah para pakar kesehatan yang melacak infeksi di wilayah tersebut pertama kali mengidentifikasi varian omnicron.
Sekjen PBB itu memperingatkan bahwa gelombang pembatasan perjalanan berisiko membahayakan pemulihan ekonomi di Afrika dan tidak akan benar-benar menghentikan penyebaran virus di seluruh dunia.
Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat memperingatkan bahwa upaya untuk memberantas pandemi COVID-19 di seluruh dunia kini dirusak oleh distribusi vaksin yang tidak adil. [lt/jm]