Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, Senin (2/12) menegaskan bahwa situasi di Gaza "mengerikan dan di ambang kehancuran.” Dia menggarisbawahi bahwa kondisi yang dihadapi oleh warga Palestina di wilayah tersebut dapat menjadi "kejahatan internasional yang paling serius".
Dalam sambutan yang dibacakan atas namanya pada konferensi kemanusiaan di Kairo, Guterres mendesak dunia untuk 'membangun fondasi perdamaian yang berkelanjutan' di Gaza dan Timur Tengah."
Guterres menyoroti dampak konflik dan kebutuhan mendesak untuk mendapatkan bantuan internasional.
"Malnutrisi merajalela... Kelaparan sudah di depan mata. Sementara itu, sistem kesehatan sudah runtuh," katanya.
Guterres juga menambahkan bahwa Gaza kini mencatatkan "angka amputasi anak per kapita tertinggi di dunia", dengan "banyak dari mereka kehilangan anggota tubuh dan menjalani operasi tanpa anestesi".
Ia juga mengecam pengiriman bantuan yang dibatasi sangat ketat, menyebut tingkat bantuan saat ini "sangat tidak mencukupi".
Menurut perhitungan badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), hanya ada 65 truk bantuan per hari yang dapat memasuki Gaza bulan lalu. Padahal rata-rata truk yang boleh masuk sebelum perang mencapai 500.
Organisasi bantuan internasional terus-menerus menyuarakan kekhawatiran tentang kondisi Gaza yang makin memprihatinkan. Warga sipil disebut berada di ambang kelaparan.
Mereka mengatakan pengiriman bantuan yang mencapai daerah kantong itu sekarang berada pada titik terendah sejak perang pecak pada 7 Oktober 2023.
Israel menuding kisruhnya masalah bantuan itu sebagai ketidakmampuan organisasi bantuan dalam menangani dan mendistribusikan bantuan dalam jumlah besar.
Guterres menegaskan bahwa blokade bantuan ke Gaza bukanlah masalah logistik, melainkan sebuah "krisis kemauan politik dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional."
UNRWA mengatakan semua upaya yang dilakukan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara telah "ditolak" atau "dihambat" antara 6 Oktober 2024 dan 25 November, di tengah pertempuran sengit di daerah tersebut.
Guterres mengatakan "jika UNRWA terpaksa ditutup, tanggung jawab untuk mengganti layanan vitalnya ... akan berada di tangan Israel".
Dalam pidatonya di konferensi tersebut, Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan bahwa badan tersebut "tetap menjadi tulang punggung kemanusiaan" di Gaza.
Ia juga menyerukan penggunaan "kerangka hukum dan politik internasional yang kuat" untuk memastikan kelanjutan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
"Tanpa ini, para pekerja kemanusiaan, meskipun tidak memikirkan diri sendiri dan berani, tetap tidak akan mampu bertahan dan memberikan bantuan," tambahnya. [ah/es]
Forum