Seperti kebanyakan anak-anak di berbagai kota di seluruh dunia, anak-anak di Paw Paw, Michigan, kota kecil di bagian barat daya Michigan telah mengalami masa-masa yang sulit dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka bertahan di tengah berlanjutnya pandemi yang mengganggu aktivitas sekolah, membuat teman-teman mereka jatuh sakit dan keluarga mereka kehilangan pekerjaan atau tempat tinggal.
Para staf sekolah melihat naiknya tingkat kecemasan, obrolan megenai keputusasaan dan pikiran untuk melukai diri sendiri, bahkan di kalangan murid-murid sekolah dasar.
Eric Clark, pelatih terapi perilaku tampak sedang melatih metode pernapasan dan perhatian bagi murid-murid kelas lima di Sekolah Dasar Paw-Paw.
Eric Clark mengatakan, "Anda tahu, anak-anak sangat cemas karena tidak tahu apa yang sedang terjadi di rumah, apa yang sedang terjadi di sekolah. Saya melihat adanya anak-anak yang berpikir untuk melukai diri mereka sendiri. Mereka merasa sangat kewalahan. Mereka tidak ingin melakukan apa-apa lagi."
Selain pandemi, ada pula tekanan dari berbagai hal mulai dari media sosial hingga penembakan di sekolah di Oxford, Michigan, sekitar 289 kilometer di sebelah timur Paw Paw, beberapa waktu lalu. Beberapa hari setelah tragedi penembakan tersebut, murid-murid SMP Paw Paw mempraktikkan rencana penyelamatan diri jika terjadi kebakaran atau penembakan.
Namun berkat suntikan dana dari pemerintah negara bagian dan keyakinan para pejabat sekolah lokal bahwa anak-anak tidak akan berhasil secara akademis jika emosi mereka terganggu, maka setiap murid di sekolah di kota Paw Paw mendapat bantuan berupa program di sekolah.
Dalam tahun ajaran sekolah yang belum juga berjalan normal, distrik sekolah meluncurkan program pendidikan berdasarkan komponen utama psikoanalisis modern, terapi perilaku kognitif.
Prinsip-prinsip dari metode tersebut dimasukan ke dalam kurikulum dan menjadi bagian dari pembelajaran sosial dan kejiwaan. Sebagian kurikulum itu disediakan oleh program “Trails” dari Universitas Michigan.
Murid-murid di setiap tingkat kelas diajari bagaimana pikiran, perasaan dan perilaku saling terkait dan bagaimana mengendalikan dan membuat pikiran menjadi lebih positif.
Stellar, seorang murid kelas 5 mengatakan, "Perasaan adalah hal yang sangat penting, dan saya kira, orang seharusnya mengetahui hal itu. Jadi mereka tidak melakukan sesuatu karena perasaan mereka, yang membuat mereka terlibat dalam masalah atau menyakiti orang lain"
Program itu mencakup pelajaran kelompok yang lebih intensif bagi anak-anak yang berjuang mengatasi kecemasan, depresi atau trauma, termasuk pelatihan terkait pencegahan bunuh diri.
Hampir setengah dari remaja Amerika mengatakan, pandemi membuat mereka sulit untuk merasa bahagia dan menjaga kesehatan mental mereka, menurut jajak pendapat yang dilakukan AP-NORC dan MTV.
Corey Harbaugh, direktur kurikulum sekolah di kota Paw Paw mengatakan, distrik sekolah telah siap untuk memberikan pelajaran sosial-kejiwaan bagi para murid. Kurikulum itu bahkan mendapat prioritas yang lebih besar setelah adanya pandemi. Sopir- sopir bus sekolah dan pekerja di kafetaria sekolah telah diberi pelatihan tersebut. [lj/uh]