Sektor pertanian di Sulawesi Tengah bersiap menghadapi potensi peningkatan curah hujan tinggi karena fenomena La Nina yang terjadi mulai November 2021 hingga Februari 2022. Upaya mitigasi dilakukan dengan pembersihan dan perbaikan saluran irigasi, peninggian bedengan dan pemanfaatan benih varietas tahan rendaman.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah mendorong para petani di wilayah itu untuk bersiap menghadapi potensi peningkatan curah hujan di atas normal karena fenomena La Nina
Kepala Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) BPTP Sulteng, Ketut Suwitra mengatakan untuk tanaman pangan padi para petani sebaiknya menggunakan benih varietas yang tahan terhadap rendaman air hingga satu minggu, seperti varietas Inpari 30 yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.
“Jadi begitu nantinya misalnya saat kita menanam kemudian intensitas hujannya tinggi, dia ini betul-betul mampu walaupun terendam hingga satu Minggu dia masih mampu hidup dibandingkan varietas lainnya,” jelas Ketut Suwitra saat dihubungi VOA, Minggu (31/10).
Alternatif lainnya yaitu dengan menggunakan varietas inbrida padi rawa (Inpara) satu hingga Inpara 10. Inpara merupakan varietas padi yang tahan terhadap genangan air untuk daerah rawa maupun daerah yang sering tergenangi atau terendam air.
Menurutnya sebagian lahan persawahan di Sulawesi Tengah sedang berada pada fase generatif 2 atau berusia 71-115 hari setelah tanam yang diprediksi akan panen di bulan November. Untuk penanaman padi berikutnya disarankan dilakukan di dasarian dua atau di hari kedua puluh bulan Januari 2022. Dasarian adalah satuan waktu meteorologi, yang lamanya adalah sepuluh hari. Selama puncak La Nina yang diprediksi Desember dan Januari dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pengolahan tanah.
Sementara untuk penanaman tanaman hortikultura sangat disarankan untuk meninggikan bedengan dua kali lipat dibandingan ketinggian yang biasa digunakan petani, agar tanaman tidak terendam saat curah hujan tinggi. Bila ketinggian bedengan sebelumnya 40 sentimeter, dinaikkan menjadi 80 sentimeter.
“Seperti cabe kemudian tomat jadi antisipasinya bedengannya ditinggikan. Jadi yang belum menanam untuk tanaman hortikultura bedengannya diharapkan untuk ditinggikan tidak seperti biasanya supaya –tanaman- tidak tergenangi bila intensitas hujan itu tinggi,” saran Ketut.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini kehadiran La Nina menjelang akhir tahun ini yang dapat berlangsung hingga Februari 2022. La Nina berpotensi mengakibatkan meningkatnya curah hujan hampir di seluruh wilayah Indonesia hingga lebih dari 70 persen di atas normalnya.
Penyuluh Teruskan Peringatan Dini La Nina ke Petani
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Poso, Suratno menyatakan pihaknya telah mengerahkan para penyuluh pertanian lapangan untuk menyosialisasikan potensi curah hujan tinggi oleh La Nina kepada kelompok tani. Selain itu turut dilakukan pembersihan maupun perbaikan saluran irigasi.
“Petugas bendungan juga sudah dihubungi, saya sampaikan supaya petugas irigasi agar diwaspadai kalau kalau ada itu –curah hujan tinggi- supaya cepat ditutup bendungannya dan sebagainya,” jelas Suratno saat dihubungi VOA, Senin (1/11).
Suratno menjelaskan upaya perbaikan juga dilakukan terhadap saluran irigasi yang rusak di berbagai tempat seperti di desa Pinedapa, kecamatan Poso Pesisir, yang mengaliri areal persawahan seluas 600 hektare. Begitu pula saluran irigasi yang melayani 220 hektare persawahan di desa Bakti Agung dan Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara.
“Di kecamatan Lore Barat dan Lore Selatan sana juga bendungan sementara direhab, belum kelar (selesai) tapi diusahakan sebelum Desember sudah berfungsi,” jelas Suratno.
Ditambahkannya bila dampak La Nina tidak berat maka potensi peningkatan curah hujan memberikan peluang untuk pertanaman lahan kering seperti padi ladang dan tanaman palawija di wilayah itu.
Pompa Air Disiagakan di Areal Persawahan
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, menerangkan pihaknya menerapkan sejumlah strategi dalam menghadapi La Nina, diantaranya dengan rehabilitasi jaringan irigasi tersier/kwarter, pompanisasi, asuransi usaha tani padi serta penyediaan alat pengering mengantisipasi panen di bulan Desember yang berpotensi mengalami curah hujan tinggi.
“Kita siapkan pompa-pompa untuk nyedot kalau banjir, kalau kekeringan kita balikin dari sungai ke sawah-sawah,” jelas Suwandi dalam Rapat Koordinasi Nasional Antipasi La Nina yang disiarkan melalui kanal YouTube BMKG, Jumat (29/10).
Suwandi menjelaskan dalam musim tanam dua Juli hingga Desember 2021 target luas panen secara nasional adalah 4,50 juta hektare yang menghasilkan 23,71 juta ton gabah kering giling (GKG) dengan produksi beras 13,59 juta ton. Bila ditambahkan dengan surplus awal Juli 10,58 juta ton dikurangi dengan peruntukan konsumsi sebanyak 15,14 juta ton maka stok beras nasional akhir Desember 2021 mencapai 9,03 juta ton. [yl/ab]