Pekan tersibuk dalam kalender diplomatik telah dimulai di New York. Di markas besar PBB, para pemimpin dunia berkumpul dalam Majelis Umum PBB (UNGA) yang ke-73.
Perhatian diperkirakan akan ditujukan pada Presiden AS Donald Trump yang akan berpidato hari Selasa. Isu terkait denuklirisasi North Korea dan juga Iran kemungkinan akan mendominasi pidato Trump itu.
Majelis Umum PBB Soroti Tuberkulosis
Namun Sidang Umum PBB juga akan membahas isu-isu global lain yang penting bagi kesejahteraan manusia.
Hari Rabu, pertemuan tahunan ini akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi pertama mengenai perang melawan tuberkulosis, sesuai yang disepakati para negara-negara anggota pada bulan Februari 2018. Pertemuan ini diadakan untuk mendesak negara-negara supaya bekerja sama dalam mengatasi epidemi itu.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika, sekitar 2 miliar orang terinfeksi TB di seluruh dunia. Rebecca Martin dari CDC mengatakan perawatan pencegahan sangat penting, terutama bagi mereka yang mengidap bentuk laten penyakit tersebut.
“Memberi mereka obat yang lebih murah, masa pengobatan yang lebih singkat, dan kepatuhan yang jauh lebih tinggi, kita bisa mencegah mereka mengidap TB aktif, yang mengarah pada penyebaran lebih banyak TB,” ujarnya.
Para ilmuwan dan pemangku kepentingan berharap pertemuan tingkat tinggi PBB itu akan meningkatkan upaya global memerangi TB, berpotensi menyelamatkan jutaan jiwa.
Isu Perubahan Iklim Kian Mendesak
Isu lain yang juga akan menjadi topik pembahasan adalah penanganan perubahan iklim. Sehubungan dengan naiknya suhu global, badai-badai yang merenggut banyak korban jiwa, dan tenggat perjanjian iklim Paris yang semakin dekat, para pemimpin dunia merasa masalah ini semakin mendesak.
Berbicara dua pekan lalu (10/9), Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, memperingatkan bahwa perubahan iklim bergerak lebih cepat daripada upaya untuk mengatasinya dan masyarakat internasional perlu "menghentikan" emisi gas rumah kaca, yang memicu pemanasan global.
“Transisi menuju masa depan yang lebih bersih dan lebih hijau harus dipercepat. Dalam satu dasawarsa ke depan, dunia akan berinvestasi sekitar 90 triliun dolar dalam bentuk infrastruktur. Dan kita harus menjamin agar insfrastruktur itu berkelanjutan karena jika tidak, kita akan terkurung dalam masa depan penuh polusi yang berbahaya,” tandas Guterres.
Di Sidang Umum PBB, para delegasi akan membicarakan tentang target emisi dan perlunya beradaptasi dengan perubahan yang telah terjadi. Sementara para menteri dari negara-negara kaya, akan bertemu secara tertutup untuk membahas siapa yang akan membayar untuk membantu negara-negara miskin menghindari dampak terburuk dari pemanasan global dan mencegah gelombang pengungsi akibat perubahan iklim di masa mendatang.
Jusuf Kalla Pimpin Delegasi Indonesia
Lebih dari 125 presiden, perdana menteri dan anggota kerajaan akan menghadiri Sidang Umum tahun ini. Indonesia diwakili oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla yang tiba di New York hari Minggu (23/9). Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) untuk PBB di New York hari Minggu (23/9) mengatakan kepada VOA bahwa wapres memulai agenda hari Senin (24/9) dengan menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi mengenai Perdamaian Global yang juga disebut KTT Perdamaian Nelson Mandela.
Rapat tersebut mengadopsi sebuah deklarasi politik yang dirundingkan oleh negara-negara anggota PBB. Kalla dijadwalkan akan menyampaikan pidatonya di depan Sidang Umum PBB pada hari Kamis (27/9).
Wapres JK diperkirakan akan menyinggung soal terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, serta isu-isu lain seperti perdamaian dan kesehatan. (vm)