Mariance Putri Simatupang begitu terpukul ketika mendengar mulai 1 April 2020, ia akan dirumahkan dari pekerjaannya di divisi pemasaran Kuta Beach Heritage Hotel Bali. Ia bingung karena, sang suami yang juga bekerja di industri yang sama juga mendapat kabar serupa terkait pekerjaannya. Ia sempat bertanya-tanya: Bagaimana ia, suami dan seorang anak merekayang masih kecil bertahan hidup di Bali?
Pulang ke kampung halamannya di Sibolga, bukanlah pilihannya. Mengandalkan tabungan, juga mungkin bukan solusi yang mengingat besarnya juga terbatas dania tidak tahu kapan pandemi akan berakhir.
Setelah memutar otak, Ance – begitu ia biasa dipanggil – berpikir untuk berbisnis ikan teri goreng. Sambutan konsumen, yang umumnya teman-teman, memang positif tapi sejauh mana bisnis kecil-kecilannya menunjang hidup keluarganya. Bagaimana pula bisnisnya bisa bertahan di masa pandemi sewaktu banyak orang juga mengalami kesulitan keuangan?
Tapi itu cerita masa lalu. Cerita yang terjadi sebelum bisnis rumahannya bersinggungan dengan Sendok Kreatif, sebuah organisasi yang berusaha memberdayakan UKM-UKM kuliner di Bali seperti yang diusahankan Ance.Berkat campur tangan Sendok Kreatif, bisnis ikan teri Ance yang diberi nama "GOMAK Food" kini makin berkibar.
Ance yang kini sudah kembali bekerja di Kuta Beach Heritage meskidengan waktu kerja yang terbatas karena rendahnya hunian hotel,mengaku sulit melupakan jasa Sendok Kreatif.
“Sebelum saya ikut Sendok Kreatif, yang beli ikan teri saya hanya orang yang saya kenal. Selama ikut Sendok Kreatif, orang yang tudak kenal pun beli dan selalu repeat order,” jelas Ance.
Sendok Kreatif membantu membangun bisnis GOMAK Food dengan berbagai cara, mulai dari mengarahkan proses produksi yang lebih berkualitas (seperti mengurangi minyak); mengkalkulasi biaya;mengubahkemasan (packaging) sehingga terlihat lebih menarik dan ramah lingkunga; hingga pencitraandi media sosial(branding) agar produknya dapat menarik dan melekat di benak konsumen.
“Jadi mereka itu beri kita kompor. Tambahan kompor. Ngasih kita beberapa peralatan masak. Mereka memang nanyain kita, ‘Kamu butuh apa?,’” imbuhnya.
Ance kini menjalankan bisnis tersebut bahkan tidak sendirian. Ia dibantu sepupunya, Esty Adelina Sihombing, yang sebelumnya pernah bekerja sebagai seorang kasir di restoran mewah bernama Potato Head di Bali. Untuk menjamin kualitas, mereka sengaja mendatangkan ikan teri segar langsung dari Sibolga sebagai bahan bakuutama produk-produk GOMAK food – Ikan Teri Medan Baladoo, Ikan Teri Medan Crispy dan Sambal Ikan Teri.
“Kakak saya itu tinggal di daerah pantai yang menghasilkan ikan teri. Jadi ketika saya butuh, kakak saya menginformasikan ke nelayan-nelayan lokal untuk mencarikan ikan teri yang bagus kualitasnya. Benar-benar yang bukan dengan pengawet,” lanjut Ance.
Pengalaman serupa ditemui I Nyoman Sudiasa. Karena pandemi, jam kerjanya di sebuah perusahaan distributor anggur dan minuman keras terbesar di Asia Tenggara dipangkas besar-besaran sehingga pendapatannya anjlok. Padahal ia memiliki tanggungan yang tidak ringan --istri dan tiga anak. Pria yang sudah 20 tahun bekerja di industri hosptality di dalam dan luar negeri selama 20 tahun itu kemudian mencoba berbisnis minuman dengan menitipkan minuman arak infus buatannya di warung kakaknya di Tabanan.
Bisnis barunya ini, yang tadinya tidak menjanjikan, berkembang setelah bersinggungan dengan Sendok Kreatif. Ia meningkatkan kualitas produknya, mengubah tampilan kemasannya dan memanfaatkan media sosial untuk memperluas pasar. Atas arahan organisasi itu pula ia mengubah nama produk buatnya dari Sip n Brew, sesuai nama warung kakaknya, menjadi Three Brothers, untuk menggambarkan dedikasi dan kecintaannya kepada tiga putranya.
“Perubahanannya signifikan sekali. Setelah dibuatkan packaging dan lain-lain, Bu Landri dan tim mengajak saya dan teman-teman untuk menggelar bazar untuk memperkenalkan brand masing-masing. Hasilnya, penjualan meningkar signifikan. Malah, setelah Bu Landri mengundang media dan meng-interview saya, selama sebulan penjualan meningkat signifikan,” kata Sudiasa.
Landri yang dimaksud Sudiasa adalah Landriati Pramoedji, konsultan restauran dan hotelserta CEODine & Wine Bali, yang kebetulan adalah salah satu dari empat pendiri Sendok Kreatif.
Three Bothers kini telah memproduksi arak infus dengan 10 aroma. Bisnis yang dikelola Sudiasa tersebut saat ini juga berusaha melebarkan sayapnya dengan menawarkan bir jahe dan wedang rempah.
Menurut Sudiasa, Sendok Kreatif berbeda dengan organisasi sosial pada umumnya. Organisasi itu bertujuan memberdayakan usaha-usaha kuliner skala kecil.
“Yang banyak saya lihat sewaktu pandemi melanda , banyak orang yang berusaha mengumpulkan uang dan sembako untuk kemudian dibagikan kepada teman-teman yang kurang mampu atau terdampak. Sendok Kreatif tidak demikian. Mereka memang mengumpulkan donasi tapi kemudian membagikan knowledge,” jelas Sudiasa.
Menurut Landriati, apa yang dilakukan Sendok Kreatif bukanlah membantu para pengusaha kecil bertahan untuk jangka pendek, melainkan untuk jangka panjang. Misi utama organisasi ituadalah memberdayakanmereka dengan memberikan berbagai pelatihan dan arahan,dan jika perlu, peralatandasar untuk memperbaiki bisnis.
“Pelatihan pertama adalah mengajarkan mereka mengenai pentingnya merek, dan memastikan produk itu sejalan dengan konsep pribadi pengembangnya. Kedua, mengajarkan mereka mengenai pentingnya mengkalkulasi biaya. Memproduksi produk tidak hanya berarti membeli bahan-bahannya dan kemudian menjualnya,” kata Landriati.
Menurutnya, banyak pengusaha tidak memahami pentingnya arti sebuah merek dan arti kemasan. Sendok Kreatif mencoba membangun kesadaran mereka akan pentingnya kedua hal itu. Selain itu, katanya, dengan semakin berkembangnya kesadaran akan lingkungan, ia dan timnya ingin mengajak para pengusaha itu mengambil pendekatan produksi yang ramah lingkungan, atau sebisa mungkin mengurangi residu produk yang membahayakan lingkungan.
Menurut perempuan Bali yang puluhan tahun tinggal di Jerman ini, Sendok Kreatif lahir dari keprihatinan dirinya dan teman-temannya terhadap nasib orang-orang yang Bali yang bekerja di industri pariwisata.
“Misi utama kami adalah membantu orang-orang yang bekerja di sektor hospitality, yang dirumahkankarena pandemi. Karena di Bali banyak orang yang bekerja di sektor itu,” imbuhnya.
Penutupan pariwisata berarti ribuan orang Bali kehilangan pekerjaan, katanya. Ia ingin membantu menghilangkan gambaran suram ini. Ia pun kemudian berinisiatif untuk menghubungi executive chef Potato Head Bali Wayan Kresna Yasa. Wayan menanggapi positif. Landriati kemudian berbagi ide dengan Heru Dwi Soesilo, seorang konsultan hotel dan restoran,danNadya Puspa, seorang desainer grafis, dan mereka pun menyambut keinginannya. Singkat kata, setelah serangkaian pertemuan lahirkan Sendok Kreatif pada tahun 2020.
“Saya menyarankan untuk memberdayakan masyarakat Bali, bukan dengan makanan tetapi dengan peralatan memasak dasar dan modal awal. Mendorong mantan koki, juru masak, dan asisten dapur untuk menyalakan semangat kewirausahaan mereka dengan membuat barang-barang di rumah untuk dijual. Jadi mereka bisa menghidupi keluarga dan membayar tagihan mereka,” Landriati.
Sendok Kreatif mengajarkan kandidat terpilih mengenai branding, hashtag, strategi pemasaran, pengemasan dan perhitungan biaya. Identitas merek disesuaikan dengan konsep dan visi pengusaha. Platform media sosial seperti Instagram dan Facebook diaktifkan untuk mengelola konten secara efisien. Bantuan distribusi produk juga diberikan melalui kanal Sendok Kreatif, website, media sosial, dari mulut ke mulut, dan peluang baru dengan mitra dan komunitas.
Dalam kurun waktu satu tahun, Sendok Kreatif telah memberdayakan tujuh unit usaha kecil, dan saat ini sedang membantu beberapa unit lainnya.Organisasi itu mendapatkan dana operasinya dari penjualan kaos, dan donasi dari perorangan dan restoran.Landriati mengatakan, Sendok Kreatif masih memerlukan lebih banyak dukungan publik untuk bisa terus melayani masyarakat. [ab/uh]