Gelombang terbaru serangan udara AS di Irak, yang bertujuan menyerang sasaran-sasaran yang terkait dengan hampir 170 serangan milisi yang didukung Iran terhadap pasukan AS di wilayah itu, tampaknya memperluas perpecahan antara Washington dan Baghdad.
Serangan udara hari Jumat menarget tiga lokasi di Irak, serta empat lokasi lainnya di Suriah. Serangan itu juga menghancurkan lebih dari 80 sasaran, mulai dari pusat-pusat komando dan kendali dan pusat-pusat intelijen hingga sarana penyimpanan rudal dan drone, menurut penilaian terbaru AS.
Pentagon mengatakan pada hari Senin (5/2), sejumlah anggota milisi kemungkinan terbunuh atau terluka, meskipun pihaknya tidak yakin ada korban tewas di pihak pejabat atau agen Iran.
Walaupun para pejabat Amerika membela serangan-serangan itu sebagai hal yang diperlukan, menyusul serangan drone yang menewaskan tiga tentara Amerika di sebuah pangkalan di Yordania bulan lalu, para pejabat Irak menyatakan kemarahan mereka, dengan memanggil kuasa usaha Amerika di Baghdad untuk memprotes serangan-serangan AS, setelah menuduh beberapa sasaran serangan adalah bagian dari pasukan keamanan pemerintah.
Perdana Menteri Irak Mohamed Shia al-Sudani menyatakan masa berkabung resmi, bagi mereka yang tewas dalam pemboman itu dan menyampaikan kemungkinan dampaknya sebelum pertemuan dengan anggota Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran di Baghdad pada hari Senin.
Para pejabat Irak juga menyatakan kemarahan mereka, dengan menyatakan bahwa bertentangan dengan pernyataan awal AS, bahwa Irak tidak diberitahu sebelumnya mengenai serangan itu. Departemen Luar Negeri AS hari Senin mengakui, Irak tidak diberi peringatan apa pun, namun menambahkan bahwa serangan AS itu seharusnya tidak mengejutkan. [ps/ka]
Forum