Pembunuhan ganda berdarah dingin terhadap seorang imam New York dan pembantunya pada akhir pekan lalu meningkatkan kekhawatiran Muslim Amerika akan kekerasan baru terhadap 3,5 juta Muslim di negeri ini.
Sementara jaksa belum membuktikan agama sebagai motif pembunuhan tapi bagi banyak warga Muslim pembunuhan itu menunjukkan meningkatnya Islamophobia di Amerika.
“Persepsi di antara warga Muslim Amerika adalah hal itu berpotensi sebagai kejahatan yang didasarkan atas kebencian” kata said Engy Abdelkader, seorang profesor dari Gorgetown University dan seorang penyusun laporan baru-baru ini mengenai Islamophobia di Amerika.
Abdelkader mengatakan meningkatnya Islamophobia di Amerika belakangan ini sebagian besar akibat ucapan-ucapan politis yang anti Muslim dan faktor-faktor lainnya.
Abdelkader memimpin studi yang dilakukan oleh Lembaga Studi Pemahaman Muslim-Kristiani Pangeran Alwaleed bin Talal Universitas Georgetown awal tahun ini yang menunjukkan kejahatan atas dasar kebencian terhadap Muslim Amerika naik ke tingkat yang belum pernah terjadi sejak serangan 11 September 2011.
Antara bulan Maret 2015 ketika kandidat pertama mamasuki persaingan pencalonan presiden Amerika dan bulan Maret 2016 ada 180 insiden kekerasan anti Muslim dilaporkan, menurut studi itu “Ketika Ketakutan Akan Islam berubah menjadi kekerasan”.
Jumlah tersebut didasarkan pada laporan berita yang sudah diterbitkan dan insiden yang dilaporkan Dewan Hubungan Amerika-Islam / CAIR sebuah organisasi advokasi Muslim yang berkantor di Washington. [my/al]