Tautan-tautan Akses

Serangan Israel ke Lebanon Berlanjut, Warga Terjebak Baku Tembak


Desa-desa di dekat perbatasan di Lebanon selatan telah berubah menjadi kota hantu. (Ethel Bonet/VOA)
Desa-desa di dekat perbatasan di Lebanon selatan telah berubah menjadi kota hantu. (Ethel Bonet/VOA)

Satu tahun setelah berkecamuknya perang Israel-Hamas yang dipicu serangan pada 7 Oktober, bentrokan Israel-Hizbullah di sepanjang perbatasan kedua negara kini semakin intensif. Konflik itu telah menimbulkan krisis kemanusiaan baru yang menurut PBB telah membuat sekitar 200 ribu orang mengungsi.

Setelah aksi kekerasan lintas perbatasan selama satu tahun terakhir ini, desa-desa di dekat perbatasan di Lebanon selatan telah berubah menjadi kota hantu; sementara daerah-daerah yang lebih aman telah mengalami peningkatan populasi hingga dua kali lipat karena banyak keluarga yang melarikan diri dari konflik di perbatasan.

Dua ratus warga Kafr Sin di Nabatieh, di bagian selatan Lebanon, kini juga menjadi tempat tinggal bagi 500 keluarga pengungsi.

Fatima Rammal. (Ethel Bonet/VOA)
Fatima Rammal. (Ethel Bonet/VOA)

Fatima Rammal dan keluarganya mengungsi ke Kafr Sin, tetapi ketidakpastian situasi akibat konflik membuat mereka senantiasa siap siaga untuk kembali pindah kapan pun juga.

“Saat pertama kali datang ke sini kami masih yakin bahwa kami akan dapat kembali ke rumah dalam 1-2 bulan ke depan. Tetapi kini sudah menginjak bulan ke-12, dan kehidupan sulit. Kami sangat rindu rumah dan ingin segera kembali,” sebutnya.

Mahmoud Mowassi. (Ethel Bonet/VOA)
Mahmoud Mowassi. (Ethel Bonet/VOA)

Keluarga pengungsi lainnya, seperti keluarga Mahmoud Mowassi, mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang telah diubah oleh pemerintah Lebanon menjadi pusat penerimaan pengungsi, seperti yang ada di kota Tyre di bagian selatan. Rumah mereka di kota perbatasan Aitaroun hancur akibat serangan udara Israel. Mahmoud mengatakan masa depan mereka suram.

“Kami mendapat paket pangan, tetapi tidak ada bantuan keuangan dari pemerintah. Kami merasa diabaikan. Saat perang tahun 2006, kehadiran negara lebih terasa,” jelasnya.

Krisis kemanusiaan membuat pemerintah Lebanon, yang sudah bangkrut sejak tahun 2020, berada di ambang batas kemampuannya. Para pekerja lokal mengatakan bantuan internasional tidak berhasil memperbaiki situasi.

Serangan Israel ke Lebanon Berlanjut, Warga Terjebak Baku Tembak
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:40 0:00

Murtada Muhna yang mengawasi distribusi bantuan di kota Tyre, mengatakan,
“Dalam satu tahun terakhir, 7.000 keluarga yang terdaftar telah menerima paket makanan dan peralatan kebersihan hanya empat kali, padahal mereka seharusnya menerima paket tersebut sebulan sekali.”

Gejolak terbaru di perbatasan saat ini telah memasuki tahun kedua. Sementara meningkat risiko gejolak ini bergulir menjadi perang berskala penuh di Lebanon. Apa yang sekarang menjadi tempat berlindung yang aman bagi keluarga-keluarga, bisa jadi merupakan tempat berikutnya yang harus mereka tinggalkan. [em/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG