Para Aktivis Suriah melaporkan hari Rabu bahwa tembakan mortir dan roket oleh pemberontak Suriah, serta serangan udara pemerintah di dekat Damaskus menewaskan paling sedikit 36 orang, Rabu (12/8).
Syrian Observatory for Human Rights, organisasi HAM berbasis di Inggris yang memantau kekerasan di Suriah, mengatakan serangan udara Suriah itu menghantam beberapa kota di wilayah Ghouta Timur dan juga menyebabkan sedikitnya 120 orang terluka.
Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, menyalahkan "teroris" atas serangan mortir dan roket, dan mengatakan penembakan itu menewaskan lima warga sipil dan menyebabkan 55 orang terluka.
Pemerintah secara rutin menyebut pemberontak sebagai "teroris" semasa konflik yang dimulai Maret 2011 dengan protes damai sebelum meledak menjadi perang saudara yang menewaskan lebih dari 240 ribu orang. Menurut PBB, 11,6 juta orang lainnya terpaksa mengungsi.
Kekerasan hari Rabu terjadi sementara Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dijadwalkan berkunjung ke Damaskus guna membahas usul penghentian pertempuran di Suriah. Ia membahas rencana itu ketika singgah hari Selasa di Lebanon di mana ia bertemu pemimpin kelompok militan Hizbullah. Pejuang Hizbullah bergabung dengan tentara Suriah, termasuk di provinsi Idlib di mana pasukan pro-pemerintah mulai melakukan gencatan senjata dengan pemberontak selama 48 jam hari Rabu di kota Zabadani dan dua desa, Foua dan Kfarya.
Observatory mengatakan kedua pihak sedang merundingkan penarikan pemberontak dari Zabadani, dekat perbatasan Lebanon, juga diakhirinya pengepungan atas desa-desa.