Aksi protes di seluruh pelosok Perancis terhadap Presiden Emmanuel Macron menjadi lebih besar hari Rabu, (5/12) setelah serikat-serikat dagang dan petani bertekad untuk bergabung dalam unjuk rasa itu, dan tidak terkesan oleh berbagai uluran tangan pemerintah yang hendak membendung momentum demonstrasi paling brutal yang terjadi di Perancis dalam satu dasawarsa.
Protes “rompi kuning'' dimulai karena rencana pemerintah menaikkan pajak BBM, tetapi ketika Perdana Menteri Edouard Philippe mengalah setelah tiga minggu kekerasan itu dan menangguhkan dan rencana tersebut hari Selasa, para demonstran menuntut lebih banyak lagi.
Banyak pekerja di Prancis marah atas kombinasi upah rendah, pajak dan pengangguran tinggi yang membuat banyak orang mengalami kesulitan finansial.
Popularitas Macron merosot ke titik terendah yang baru, sejak demonstrasi pertama berlangsung 17 November lalu. Mantan bankir investasi, yang telah mendorong reformasi ekonomi pro-bisnis untuk membuat Prancis lebih kompetitif secara global itu, dituduh sebagai "presiden orang kaya"' dan menjadi terasing dari kelas pekerja. (ps/is)