Presiden Amerika Donald Trump menyampaikan ucapan selamat kepada Benjamin Netanyahu, sekutu dekatnya yang tampaknya akan menduduki masa jabatan kelima sebagai perdana menteri setelah menang dalam pemilihan legislatif yang ketat.
Trump mengatakan kemenangan Netanyahu akan baik bagi perdamaian. Pemerintahan Trump menyatakan akan mengungkapkan rencana perdamaian Timur Tengah setelah pemilu di Israel itu. Hanya sedikit yang diketahui mengenai rencana perdamaian tersebut dan apakah rencana itu akan diterima oleh Palestina.
Meskipun menghadapi dakwaan atas tuduhan korupsi dan kampanye yang keras, Benjamin Netanyahu menang tipis untuk meraih masa jabatan kelima sebagai perdana menteri Israel.
Presiden Donald Trump memberi ucapan selamat kepada sekutu dekatnya itu. Ia mengatakan, "Setiap orang berkata, dan saya tidak pernah membuat janji. Tetapi setiap orang mengatakan, ‘Anda tidak dapat mewujudkan perdamaian di Timur Tengah dengan Israel dan Palestina.’ Saya kira kita memiliki peluang. Dan kita memiliki peluang lebih baik dengan menangnya Netanyahu.”
Dua pekan sebelum pemilu, Trump mengundang Netanyahu ke Gedung Putih dan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang dianeksasi pada tahun 1981. Banyak yang mengatakan pengakuan ini memberi dorongan besar bagi upaya Netanyahu untuk terpilih kembali.
Zena Agha dari lembaga kajian al-Shabaka atau Jejaring Kebijakan Palestina yang berbasis di Washington DC, mengatakan, "Iklan kampanye yang mendukung partai Likud dan Netanyahu yang berupa baliho-baliho besar di luar Tel Aviv dan tempat-tempat lain memperlihatkan semacam suasana sangat hangat antara Trump dan Netanyahu yang menunjukkan mereka adalah yang terbaik."
Pada hari Senin, Trump menetapkan Korps Garda Revolusi Islam, pasukan elit Angkatan Bersenajta Iran, sebagai organisasi teroris. Para analis menyatakan ini merupakan kado lain untuk Netanyahu.
"Semacam untuk membantu perdana menteri Israel membuat alasan bahwa sikap agresifnya, kalau Anda kehendaki, terhadap rezim Iran membuahkan hasil,” kata Alex Vatanka dari lembaga kajian Middle East Institute.
Pada masa lalu, Trump mengindikasikan dukungan bagi solusi dua negara antara Israel dan Palestina. Gedung Putih menyatakan akan melansir rencana perdamaian Timur Tengahnya setelah pemilu Israel.
Tetapi para analis skeptis Palestina akan menerima rencana itu setelah dukungan Trump terhadap Netanyahu terkait isu-isu seperti Dataran Tinggi Golan dan pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel, selain pemotongan bantuan untuk rakyat Palestina.
Alex Vatanka dari Middle East Institute menambahkan, "Jadi jika ini yang terjadi dalam hal tindakan, dan agak sukar dipercaya bahwa pemerintahan Trump benar-benar memiliki rencana perdamaian yang realistis untuk ditawarkan kepada Palestina. Dan kalau Anda tidak punya apapun untuk ditawarkan kepada Palestina, lalu dengan siapa Israel akan berdamai?”
Pada malam menjelang pemilu, Netanyahu berjanji akan menganeksasi beberapa bagian Tepi Barat yang diduduki Israel. Trump tidak mengisyaratkan apakah ia akan melepaskan diri dari kebijakan Amerika selama puluhan tahun dan mendukung langkah Netanyahu itu.
"Aneksasi akan secara drastis mengubah wajah Tepi Barat. Ini akan membuat prospek perdamaian hampir mustahil. Dan ini jelas akan menggambarkan sekali lagi, bahwa poros Netanyahu-Trump berbicara dari satu sisi mulut dan bertindak dari sisi yang lain,” kata Zena Agha dari al-Shabaka.
Perjanjian perdamaian Timur Tengah yang abadi telah dihindari presiden Amerika selama puluhan tahun.
Rencana perdamaian versi Trump, dengan penasihat sekaligus menantunya, Jared Kushner sebagai ujung tombaknya, kemungkinan besar akan diungkapkan setelah Netanyahu membentuk pemerintah koalisi. Gedung Putih menyatakan meskipun ada tuduhan bahwa pemerintah bukanlah perantara yang jujur, rencana itu akan memerlukan kompromi dari kedua pihak. [uh]