Rusia telah mengadakan beberapa latihan perang Armada Baltik tahun ini, dan bulan lalu Moskow mengirimkan unit-unit rudal Iskander yang berhulu ledak nuklir ke Kaliningrad, kota di pantai Baltik yang terletak di antara Polandia dan Lithuania. Zlatica Hoke dari VOA melaporkan, semua pihak juga berusaha memperkuat pertahanan sipil masing-masing.
Bulan lalu, 40 juta warga Rusia berpartisipasi dalam latihan pertahanan sipil, yang terbesar sejak runtuhnya Uni Soviet. Media pemerintah menginstruksikan agar warga mencari tempat perlindungan terdekat dari ancaman bom dan merespons pada alarm atau tanda bahaya. Anak-anak sekolah diajari cara menggunakan masker gas dan memberikan pertolongan pertama. Petugas pemadam kebakaran berlatih memberikan tanggapan cepat.
Latihan itu memicu ketakutan di negara tetangga, Lithuania. Oleg Skvortsov, pengusaha Rusia dari Kaliningrad yang sedang berlibur di negara Baltik itu mengatakan ia juga merasa takut.
“Tiba-tiba, kami mendengar bunyi gemuruh dan melihat roket terbang ke arah Kaliningrad. Tentu saja, saya khawatir. Saya langsung menyambar ponsel, menelepon dan bertanya apakah semuanya baik-baik saja di Kaliningrad. Ternyata warga Rusia telah mengadakan latihan dan warga Lithuania memutuskan untuk mengadakan latihan mereka sendiri,” kata Oleg Skvortsov.
Kekhawatiran menyusul aneksasi Krimea oleh Rusia tahun 2014 segera membuat Lithuania memberlakukan kembali wajib militer ke dalam angkatan bersenjata dan negara itu mempersiapkan semua warganya untuk pertahanan sipil. Pemerintah baru-baru ini menerbitkan sebuah buku setebal 75 halaman yang berisikan pedoman tentang bagaimana bertindak dalam hal terjadi invasi Rusia.
Manual yang akan didistribusikan di sekolah-sekolah, perpustakaan dan tempat-tempat kerja itu termasuk foto-foto senjata Rusia dan teknik perang. Buku panduan itu juga memberikan saran tentang cara berpakaian, apa yang perlu dimakan, bagaimana memberikan pertolongan pertama, dan bagaimana bertahan hidup di hutan.
“Kegiatan Rusia di wilayah kami, terutama di wilayah Kaliningrad, konsentrasi pasukan militer di wilayah ini, menciptakan ketegangan. Warga kami sangat tertarik dengan situasi demikian dan bagaimana mereka bisa melakukan perlawanan dalam situasi konvensional,” kata Menteri Pertahanan Lithuania Juozas Olekas.
Meskipun menjadi anggota NATO, negara-negara di kawasan Baltik harus siap untuk menghadapi apa yang dikenal sebagai “perang hibrida” (perang dengan menggunakan teknik konvensional dan non-konvensional) dengan Rusia, kata ahli Eurasia Paul Goble.
“Jenis perang hibrida yang kemungkinan besar dilancarkan oleh Rusia terhadap Estonia bukan yang selama ini siap dihadapi oleh NATO. NATO akan berhasil dengan sangat baik dalam membela Estonia jika Rusia mengirim pasukan tank ke perbatasan. NATO tidak akan berhasil dengan baik jika Rusia melakukan apa yang saya perkirakan akan dilakukan, dan itu adalah merekayasa terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu di Estonia dan kemudian mengacaukan keadaan,” lanjut Paul Goble.
Dan itulah yang dilakukan oleh Rusia beberapa tahun lalu di Ukraina Timur dan sebelum itu di Georgia. Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di NATO telah meningkatkan penyebaran pasukan ke negara-negara Baltik dan Polandia sebagai tanggapan atas sepak terjang Rusia. Moskow telah menggambarkan penyebaran pasukan itu sebagai ancaman terhadap keamanannya. [lt/uh]