Sebagian besar orang Amerika mengatakan tidak puas dengan sistem pendidikan di negara itu. Mereka juga tidak punya banyak harapan bahwa sistem sekolah negeri akan bisa diperbaiki dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Gambaran yang tidak menyenangkan itu muncul dari sebuah studi pendapat umum yang dirilis bulan ini. John Della Volpe adalah pemimpin studi yang diadakan oleh lembaga RealClear Politics. Peserta studi itu dimintai pendapat dan harapan mereka tentang sistem pendidikan kelas satu SD sampai kelas tiga SMA, yang di Amerika disebut K-12.
Volpe mengatakan, banyak orang Amerika menyatakan keprihatinan besar tentang kualitas pendidikan pada tingkat K-12 itu, dan akan menyampaikan keprihatinan mereka kepada para pejabat pemerintahan dari semua tingkat. Menurutnya, mayoritas peserta polling menilai sistem pendidikan yang ada sekarang “antara cukup dan buruk.” Hanya delapan persen peserta polling yang mengatakan sistem pendidikan itu “sangat bagus.”
Volpe menambahkan, banyak orang tidak mengharapkan akan ada perbaikan. Selain itu ditambahkan pula jika diyakini sekolah-sekolah di Amerika tidak akan dijadikan contoh bagi dunia dalam waktu 20 tahun ke depan.
Amerika, tambah Volpe, harus melakukan banyak hal supaya bisa menjadi contoh bagi pendidikan yang berkualitas pada tingkat internasional.
Sekolah negeri di Amerika mensubsidi pendidikan dari tingkat TK sampai kelas 12 atau kelas 3 SMA sehingga sekolah dapat dilakukan dengan cuma-cuma. Tiap negara bagian berhak mengatur sendiri sistem sekolah negerinya.
Bantuan keuangan bagi sekolah negeri itu datang dari pemerintah negara bagian dan pemerintah lokal, sementara pemerintah federal menyumbang sebagian kecil dari seluruh dana yang dibutuhkan.
Kebanyakan dana pendidikan itu diambilkan dari pajak harta benda penduduk setempat; karena itu seringkali ada perbedaan antara standar sekolah yang terdapat di kawasan “orang kaya” dan sekolah-seolah di kawasan penduduk miskin.
Keyakinan orang tentang kualitas sekolah K-12 di kawasan mereka sangat terkait dengan berapa besar penghasilan mereka. Kata Volpe, orang akan tiga sampai tiga setengah kali lebih yakin bahwa sekolah di distrik mereka lebih baik atau akan lebih baik lagi di masa depan, kalau tiap keluarga punya penghasilan AS$150 ribu per tahun atau lebi, dibanding kawasan yang penghasilan rata-rata keluarga kurang dari AS$50 ribu.
Karena itu ada kesan yang terus meningkat tentang “kesenjangan ekonomi” dan “kesenjangan pendidikan.” Jadi, apa yang diharapkan rakyat Amerika dari sistem pendidikan K-12 mereka?
Para periset itu minta peserta survei untuk menjelaskan apa yang mereka harapkan dari sistem sekolah negeri, dan memberi mereka 15 pilihan atau prioritas.
Jawaban yang paling banyak diberikan adalah supaya murid-murid diajar menulis dan membaca dengan baik. Pilihan selanjutnya adalah supaya murid-murid diajari bagaimana menjadi warga negara yang baik, dan yang ketiga, supaya anak-anak sekolah “aman dari kekerasan dan aman dari kecederaan fisik.”
Sementara poin keempat meminta sekolah menyiapkan para siswa untuk memasuki lapangan kerja; dan nomor lima supaya anak-anak itu diajari tentang sejarah Amerika. Hanya separuh peserta survei mengatakan sekolah negeri harus menyiapkan siswanya untuk belajar di perguruan tinggi.
Kendati adanya jurang pemisah politik yang dalam di Amerika saat ini, pendukung kedua partai besar memberi nilai antara “cukupan dan buruk” bagi sistem pendidikan K-12 di Amerika. Pernilaian itu diberikan oleh 51 persen warga Partai Republik dan 55 persen pendukung Partai Demokrat. [ii/jm]