Tujuh puluh juta orang, atau 1 persen dari penduduk dunia, memiliki beberapa bentuk autisme, atau suatu kelainan syaraf yang mempengaruhi kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan menjaga diri mereka sendiri.
Meski perawatan tersedia di negara-negara maju, para aktivis mengatakan bahwa penderita autisme parah memiliki situasi yang buruk, dan banyak diantaranya menghabiskan hidup mereka di lingkungan yang terbatas. Namun mereka yang memiliki tingkat autisme yang lebih ringan memiliki lebih banyak keberhasilan dalam berintegrasi dengan masyarakat.
Kevin Gibson, 26, adalah salah satu kisah keberhasilan tersebut. Ia sangat senang tinggal sendiri di apartemennya. “Rasanya menyenangkan sekali bisa hidup mandiri,” ujarnya.
Hal tersebut merupakan prestasi yang jarang dicapai seseorang yang autis, kelainan perkembangan tubuh yang dapat menyebabkan kesulitan berkomunikasi dan kecanggungan sosial.
Namun setiap pagi, Kevin berpakaian, menyiapkan makan siang dan berjalan kaki ke firma hukum tempat ia bekerja.
“Saya petugas dokumentasi. Jika ada dokumen yang dikembalikan pada saya, saya akan mengembalikannya ke rak sesuai urutan numerik.”
“Ia salah satu pegawai kita yang paling tepat waktu. Ia sangat bangga dengan pekerjaannya,” ujar Martin Geissler, mitra pendiri MG-IP, atasan Gibson.
“Kami mencari seseorang untuk ruang dokumentasi yang dapat bertahan bekerja selama beberapa tahun, bukan hanya enam bulan. Kevin adalah pilihan yang sempurna. Ia mengirimkan CV-nya pada kami. Kami mendapat kiriman 130 CV dalam 24 jam pertama. Dan dari sejumlah itu, kami memilih Kevin,” ujar Geissler.
Kelompok Dukungan
Orang dewasa yang memiliki disabilitas, dari autisme seperti Kevin sampai kebutaan dan kelumpuhan parsial, sering mengalami kesulitan di pasar kerja. Namun pemerintah lokal dan kelompok layanan sosial menawarkan jasa khusus untuk membantu mereka mencari pekerjaan.
“Kevin sangat hebat dalam hal perhatian pada detil dan kemampuannya dalam mengatur sesuatu. Ia sangat teliti dengan pekerjaan apa pun yang diminta,” ujar Lauren Goldschmidt, pelatih profesi yang membantu Gibson. Ia bekerja dengan Service Source, organisasi lokal yang menghubungkan pencari kerja dan usaha-usaha yang mencari pegawai. Ia mengatakan bahwa langkah pertama untuk pelatihan pekerjaan adalah mengenal lebih baik individu-individu yang mereka bantu.
“Seringkali kami mulai dengan analisa situasi, atau kesempatan untuk mencoba beberapa pekerjaan yang berbeda untuk benar-benar melihat pekerjaan mana yang paling pas untuk orang tersebut. Lalu kami beralih ke pengembangan pekerjaan, yaitu membantu seseorang mencari pekerjaan,” ujar Goldschmidt.
“Kami mengadakan bursa pekerjaan, mendaftar di Internet, berjejaring. Khusus untuk Kevin, kami melakukan wawancara pura-pura sesering mungkin untuk mempersiapkannya menjawab pertanyaan, melatih kontak mata dan bahasa tubuh saat wawancara kerja.”
Remaja dengan kelainan fisik dan perkembangan menerima dukungan ekstra di sekolah.
Terapi dan Pelatihan Komunikasi
Ibu Gibson, Mary Lou Nuget, dulu mengirim anaknya ke program pra-sekolah yang menyediakan terapi wicara, terapi fisik dan pelatihan kemampuan komunikasi.
“Ada sesi-sesi di mana ia hanya sendiri, namun ada juga saat ia dicampur dengan murid-murid biasa. Jadi ia mendapat kesempatan untuk berada di sekitar murid-murid lain. Di sekolah menengah, ada program yang sangat penting yang mengajarinya kemampuan bekerja di kantor,” ujar Nuget.
“Program tersebut mencarikannya pekerjaan di perusahaan-perusahaan dan menyediakan transportasi, dan ia bekerja sepulang sekolah selama dua jam per minggu. Semua pengalaman tersebut membuat Service Source bisa membantu memasarkannya dan menolongnya mencarikan pekerjaan penuh waktu.”
Ayah Kevin, Fred Gibson, mengatakan ia bangga atas pencapaian anaknya.
“Faktanya adalah ia autistik namun tidak berarti ia tidak pandai. Ia sangat cerdas, penuh rasa ingin tahu dan tertarik terhadap dunia di sekelilingnya,” ujarnya.
Masa Depan
Gibson mengatakan bahwa ia dan anaknya juga memiliki hobi yang sama.
“Saya besar di Texas, jadi saya penggemar Dallas Cowboys. Pada satu titik ia memutuskan untuk menjadi penggemar Dallas Cowboys juga. Saya kira hal tersebut adalah usahanya untuk menjangkau dan berhubungan dengan saya. Saya selalu senang pesawat terbang dan pertunjukan udara, dan ia juga senang hal yang sama,” ujar Gibson senior.
Pesawat terbang termasuk dalam rencana-rencana masa depan Kevin.
“Saat saya pensiun nanti, saya berharap pindah ke Texas dan membuka toko hobi pesawat terbang,” ujarnya.
Karena diagnosa dan perawatan dini, yang sayangnya tidak tersedia di banyak negara, Gibson memiliki mimpi yang dapat diraih.
Meski perawatan tersedia di negara-negara maju, para aktivis mengatakan bahwa penderita autisme parah memiliki situasi yang buruk, dan banyak diantaranya menghabiskan hidup mereka di lingkungan yang terbatas. Namun mereka yang memiliki tingkat autisme yang lebih ringan memiliki lebih banyak keberhasilan dalam berintegrasi dengan masyarakat.
Kevin Gibson, 26, adalah salah satu kisah keberhasilan tersebut. Ia sangat senang tinggal sendiri di apartemennya. “Rasanya menyenangkan sekali bisa hidup mandiri,” ujarnya.
Hal tersebut merupakan prestasi yang jarang dicapai seseorang yang autis, kelainan perkembangan tubuh yang dapat menyebabkan kesulitan berkomunikasi dan kecanggungan sosial.
Namun setiap pagi, Kevin berpakaian, menyiapkan makan siang dan berjalan kaki ke firma hukum tempat ia bekerja.
“Saya petugas dokumentasi. Jika ada dokumen yang dikembalikan pada saya, saya akan mengembalikannya ke rak sesuai urutan numerik.”
“Ia salah satu pegawai kita yang paling tepat waktu. Ia sangat bangga dengan pekerjaannya,” ujar Martin Geissler, mitra pendiri MG-IP, atasan Gibson.
“Kami mencari seseorang untuk ruang dokumentasi yang dapat bertahan bekerja selama beberapa tahun, bukan hanya enam bulan. Kevin adalah pilihan yang sempurna. Ia mengirimkan CV-nya pada kami. Kami mendapat kiriman 130 CV dalam 24 jam pertama. Dan dari sejumlah itu, kami memilih Kevin,” ujar Geissler.
Kelompok Dukungan
Orang dewasa yang memiliki disabilitas, dari autisme seperti Kevin sampai kebutaan dan kelumpuhan parsial, sering mengalami kesulitan di pasar kerja. Namun pemerintah lokal dan kelompok layanan sosial menawarkan jasa khusus untuk membantu mereka mencari pekerjaan.
“Kevin sangat hebat dalam hal perhatian pada detil dan kemampuannya dalam mengatur sesuatu. Ia sangat teliti dengan pekerjaan apa pun yang diminta,” ujar Lauren Goldschmidt, pelatih profesi yang membantu Gibson. Ia bekerja dengan Service Source, organisasi lokal yang menghubungkan pencari kerja dan usaha-usaha yang mencari pegawai. Ia mengatakan bahwa langkah pertama untuk pelatihan pekerjaan adalah mengenal lebih baik individu-individu yang mereka bantu.
“Seringkali kami mulai dengan analisa situasi, atau kesempatan untuk mencoba beberapa pekerjaan yang berbeda untuk benar-benar melihat pekerjaan mana yang paling pas untuk orang tersebut. Lalu kami beralih ke pengembangan pekerjaan, yaitu membantu seseorang mencari pekerjaan,” ujar Goldschmidt.
“Kami mengadakan bursa pekerjaan, mendaftar di Internet, berjejaring. Khusus untuk Kevin, kami melakukan wawancara pura-pura sesering mungkin untuk mempersiapkannya menjawab pertanyaan, melatih kontak mata dan bahasa tubuh saat wawancara kerja.”
Remaja dengan kelainan fisik dan perkembangan menerima dukungan ekstra di sekolah.
Terapi dan Pelatihan Komunikasi
Ibu Gibson, Mary Lou Nuget, dulu mengirim anaknya ke program pra-sekolah yang menyediakan terapi wicara, terapi fisik dan pelatihan kemampuan komunikasi.
“Ada sesi-sesi di mana ia hanya sendiri, namun ada juga saat ia dicampur dengan murid-murid biasa. Jadi ia mendapat kesempatan untuk berada di sekitar murid-murid lain. Di sekolah menengah, ada program yang sangat penting yang mengajarinya kemampuan bekerja di kantor,” ujar Nuget.
“Program tersebut mencarikannya pekerjaan di perusahaan-perusahaan dan menyediakan transportasi, dan ia bekerja sepulang sekolah selama dua jam per minggu. Semua pengalaman tersebut membuat Service Source bisa membantu memasarkannya dan menolongnya mencarikan pekerjaan penuh waktu.”
Ayah Kevin, Fred Gibson, mengatakan ia bangga atas pencapaian anaknya.
“Faktanya adalah ia autistik namun tidak berarti ia tidak pandai. Ia sangat cerdas, penuh rasa ingin tahu dan tertarik terhadap dunia di sekelilingnya,” ujarnya.
Masa Depan
Gibson mengatakan bahwa ia dan anaknya juga memiliki hobi yang sama.
“Saya besar di Texas, jadi saya penggemar Dallas Cowboys. Pada satu titik ia memutuskan untuk menjadi penggemar Dallas Cowboys juga. Saya kira hal tersebut adalah usahanya untuk menjangkau dan berhubungan dengan saya. Saya selalu senang pesawat terbang dan pertunjukan udara, dan ia juga senang hal yang sama,” ujar Gibson senior.
Pesawat terbang termasuk dalam rencana-rencana masa depan Kevin.
“Saat saya pensiun nanti, saya berharap pindah ke Texas dan membuka toko hobi pesawat terbang,” ujarnya.
Karena diagnosa dan perawatan dini, yang sayangnya tidak tersedia di banyak negara, Gibson memiliki mimpi yang dapat diraih.