Di Amerika atau mungkin juga di banyak negara lain, banyak orang tua ingin anaknya mendapat gelar universitas bergengsi. Tidak ada yang salah dalam hal ini apabila semuanya dijalankan menurut peraturan.
Tapi bulan ini hakim pengadilan federal di kota Boston menyebut mantan kepala sebuah perusahaan keuangan besar di Amerika sebagai “pencuri kampungan” dan menjatuhkan hukuman penjara sembilan bulan. Ia dituduh menyogok pelatih olahraga di dua universitas terkenal sebanyak AS$850 ribu supaya empat orang anaknya bisa kuliah di perguruan tinggi itu.
Douglas Hodge, mantan kepala perusahaan saham raksasa Pimco mengaku telah membayar AS$850 ribu uang suap supaya anak-anaknya bisa kuliah di Georgetown University, dekat kota Washington DC, dan di University of Southern California di Pantai Barat Amerika.
Uang itu diberikan kepada pelatih olahraga tenis dan sepakbola pada kedua universitas bergengsi tersebut supaya anak-anaknya bisa masuk sebagai olahragawan berbakat.
Tahun lalu, William Rick Singer, yang mengaku sebagai “otak” skandal penipuan berjumlah AS$25 juta untuk membantu anak-anak orang kaya masuk perguruan tinggi, dinyatakan bersalah. Ia dapat dijatuhi hukuman penjara sampai 65 tahun.
Singer memberikan pengakuan itu pada hakim pengadilan, dan membantu penyelidikan yang dilakukan oleh Dinas Penyidikan Federal Amerika atau FBI.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Kejaksaan Negara Bagian Massachusetts mengatakan puluhan orang yang terlibat komplotan pemalsuan hasil ujian masuk ke berbagai universitas bergengsi juga ditangkap tahun lalu. Mereka dikenai tuduhan di pengadilan federal di Boston.
Sejumlah pelatih olahraga antara lain dari Universitas Yale, Stanford, Georgetown dan University of Southern California dinyatakan terlibat, termasuk sejumlah orang tua mahasiswa dan bahkan panitia ujian masuk.
Kantor kejaksaan federal mengatakan, Rick Singer mendapat AS$25 juta dari orang tua mahasiswa untuk menyogok pelatih olahraga dan administratur universitas supaya anak-anak mereka bisa masuk universitas sebagai atlit berbakat.
Singer dilaporkan memberi tahu orang tua bahwa apa yang dilakukannya adalah membuka “pintu samping” supaya anak-anak orang kaya itu bisa masuk tanpa harus memenuhi persyaratan akademis yang diperlukan.
Dua perusahaan milik Singer bertugas membuat profil atletik palsu calon mahasiswa yang kemudian diajukan ke universitas untuk mendukung lamaran mereka. Profil itu termasuk berbagai penghargaan yang juga palsu, yang katanya diperoleh calon mahasiswa itu dari tim-tim olahraga elit dimana mereka pernah ikut bermain. Sejumlah orang tua, ada yang menyertakan foto anak-anak mereka yang sedang melakukan kegiatan olahraga.
Kantor kejaksaan Amerika telah menuduh lebih dari 50 orang yang terlibat dalam memasukkan calon mahasiswa ke universitas bergengsi dengan cara penipuan dan menyogok pelatih olahraga di perguruan tinggi yang dikehendaki.
Ke-50 orang itu pada umumnya adalah orang kaya, termasuk selebritis, bintang film, dan kepala-kepala perusahaan besar. [ii]