Presiden Sri Lanka yang baru terpilih, Anura Kumara Dissanayake, mengumumkan dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Rabu (25/9), rencana untuk segera memulai pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF), guna mengajukan program dana talangan negara tersebut sebesar $2,9 miliar.
Dissanayake, seorang anggota parlemen yang condong ke Marxis, memenangkan kursi kepresidenan pada Sabtu (21/9) setelah jutaan warga Sri Lanka mendukung janjinya untuk memangkas pajak, memerangi korupsi, dan menurunkan biaya hidup.
Dia berupaya untuk merundingkan kembali target pendapatan yang ditetapkan IMF, yang bertujuan untuk menurunkan pajak penghasilan tinggi dan mengalihkan dana ke program kesejahteraan bagi mereka yang paling terpukul oleh krisis keuangan yang sedang berlangsung.
“Selain itu, untuk memajukan program restrukturisasi utang kami, kami sedang bernegosiasi dengan kreditor terkait untuk mempercepat proses dan mengamankan keringanan utang yang diperlukan,” kata Dissanayake.
Dissanayake membubarkan parlemen pada Selasa (24/9) dan berharap untuk memperkuat posisinya di parlemen yang beranggotakan 225 orang, saat pemilihan umum diadakan pada 14 November. Koalisinya hanya memiliki tiga kursi di parlemen yang dipilih pada Agustus 2020.
Kekurangan dolar dalam jumlah besar menyebabkan ekonomi Sri Lanka mengalami krisis keuangan yang parah dua tahun lalu. Situasi ini membuat inflasi melonjak hingga 70 persen pada September 2022 dan memaksa negara tersebut gagal membayar utang luar negerinya. [ns/uh]
Forum