Pemerintah Sri Lanka hari Rabu (27/9) mengecam keras sekelompok biarawan Buddhist radikal yang menyerang pengungsi Rohingya di negara pulau itu, dan menyebut mereka sebagai ‘binatang,’ serta berjanji akan menindak polisi yang tidak berusaha melindungi para pengungsi.
Juru bicara kabinet Sri Lanka Rajitha Senaratne mengatakan pemerintah mengutuk serangan hari Selasa (26/9) terhadap sebuah kantor PBB di mana 31 pengungsi Rohingya, termasuk 16 anak-anak dan tujuh perempuan, diberi perlindungan.
“Sebagai penganut Buddha saya sangat malu atas apa yang terjadi,” kata Senaratne kepada wartawan.
“Ibu-ibu yang menggendong anak kecil dipaksa keluar dari tempat penampungan yang diserang oleh massa yang dipimpin beberapa biarawan,” tambahnya.
Massa menjebol gerbang bangunan yang terdiri dari beberapa lantai di dekat Colombo itu, memecah kaca-kaca jendela dan perabotan selagi para pengungsi berjejal ketakutan di lantai atas.
Tidak ada laporan mengenai jatuhnya korban di antara para pengungsi, yang kemudian dipindah ke lokasi lain, tetapi dua orang polisi cedera dan dirawat di rumah sakit.
Senaratne mengatakan polisi telah diperintahkan untuk mengambil tindakan disipliner terhadap polisi yang didapati tidak berusaha mengatasi massa.
“Ini bukan yang diajarkan Buddha. Kita harus menunjukkan welas asih kepada para pengungsi. Biarawan yang melakukan serangan ini sebenarnya bukan biarawan, melainkan binatang,” tegasnya.
Para biarawan ekstremis itu memiliki kaitan dengan mitra ultra-nasionalis mereka di Myanmar. Keduanya telah dituduh mengatur tindak kekerasan terhadap minoritas Muslim di kedua negara.
Salah satu biarawan yang menyerbu tempat penampungan pengungsi itu mengunggah video di Facebook yang direkam oleh kelompok radikal Pasukan Nasional Sinhala disertai ajakan untuk ikut beramai-ramai merusak gedung itu.
“Ini adalah teroris Rohingya yang membunuh biarawan Buddhist di Myanmar,” kata biarawan itu, sambal menudingkan jari ke arah ibu-ibu Rohingya yang menggendong anak-anak mereka.
Ke 31 pengungsi Rohingya itu diselamatkan oleh Angkatan Laut Sri Lanka lima bulan yang lalu setelah perahu mereka ditemukan terapung-apung di lepas pantai utara Sri Lanka.
Mereka telah tinggal di India selama beberapa tahun sebelum meninggalkan kamp pengungsi di negara bagian Tamil Nadu.
Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan hari Selasa itu dan menghimbau warga Sri Lanka agar menunjukkan empati untuk warga sipil yang melarikan diri dalam upaya menghindari persekusi dan kekerasan.
Muslim Rohingya telah selama puluhan tahun menjadi sasaran persekusi dan diskriminasi yang didukung pemerintah di Myanmar, yang mayoritas warganya beragama Buddha, dan menganggap mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh. [ds]