Tautan-tautan Akses

Stasiun Penelitian Antartika Baru China Perbarui Kekhawatiran Tentang Potensi Ancaman Keamanan


FILE - Upacara peluncuran kapal pemecah es kutub pertama buatan dalam negeri China Xuelong 2 (atau Snow Dragon 2), di galangan kapal di Shanghai, China, 10 September 2018.
FILE - Upacara peluncuran kapal pemecah es kutub pertama buatan dalam negeri China Xuelong 2 (atau Snow Dragon 2), di galangan kapal di Shanghai, China, 10 September 2018.

Peresmian stasiun penelitian ilmiah baru di Antartika oleh China pada minggu lalu telah memperbarui perdebatan tentang tujuan dan dampak dari pesatnya perluasan kehadiran China di benua tersebut.

Terletak di Pulau Inexpressible dekat Laut Ross, Stasiun Qinling adalah pos ilmiah kelima China dan stasiun penelitian ketiga di benua ini yang dapat beroperasi sepanjang tahun. Stasiun ini memiliki luas 5.244 meter persegi dan dapat menampung hingga 80 orang selama bulan-bulan musim panas, menurut lembaga penyiaran pemerintah China (CGTN).

Stasiun Qinling berada di dekat Stasiun McMurdo milik AS dan tepat di selatan Australia dan laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional (Center for Strategic and International Studies/CSIS) yang diterbitkan April lalu mengatakan posisinya dapat memungkinkan China untuk “mengumpulkan sinyal intelijen dari Australia dan Selandia Baru yang merupakan sekutu AS” serta mengumpulkan “data telemetri peluncuran roket dari fasilitas antariksa yang baru didirikan di kedua negara.”

Sebagian analis mengatakan meskipun Stasiun Qinling dibangun untuk tujuan ilmiah, beberapa kemampuannya mungkin “secara inheren digunakan untuk tujuan ganda.”

“China berpotensi memanfaatkan sebagian dari sumber daya dan kemampuan tersebut untuk tujuan militer atau pengumpulan intelijen,” kata Brian Hart, peneliti China Power Project di CSIS, kepada VOA melalui telepon.

Dia mengatakan China terus membangun lebih banyak basis penelitian di Antartika karena memandang benua es itu sebagai bagian dari “kawasan strategis.”

Menanggapi kekhawatiran mengenai kemungkinan China mengumpulkan data intelijen tentang Australia dan Selandia Baru melalui stasiun tersebut, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pangkalan tersebut dibangun dan dioperasikan “dengan kepatuhan penuh pada aturan dan prosedur internasional.”

Namun, Donald Rothwell, profesor hukum internasional di Australian National University, mengatakan kepada VOA melalui telepon bahwa pola China dalam membangun basis penelitian di Antartika “menimbulkan pertanyaan mengenai apakah China berkomitmen pada prinsip-prinsip perjanjian Antartika dan apakah China berencana untuk mengajukan klaim atas Antartika.” [lt/em]

Forum

XS
SM
MD
LG