Perdana menteri Sudan dan putra mahkota Arab Saudi yang berpengaruh bertemu, Rabu (10/3), untuk membahas peluang investasi Saudi di Laut Merah, kata pemerintah Sudan.
Delegasi tingkat tinggi Sudan terbang ke Arab Saudi pekan ini untuk kunjungan dua hari sebagai bagian dari usaha negara Afrika timur laut itu untuk menghidupkan kembali ekonominya yang buruk dan mengamankan transisi ke pemerintahan demokratis.
Setelah bertahun-tahun menjadi paria di bawah pemimpin otoriter Omar al-Bashir yang sekarang telah digulingkan, Sudan berusaha keras kembali ke kancah internasional. Negara itu merombak ekonominya untuk menarik investasi asing yang sangat dibutuhkan.
Pertemuan antara para pejabat Sudan, termasuk Perdana Menteri Abdalla Hamdok, dan penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, “bersahabat dan membentuk babak baru” hubungan kedua negara, kata pernyataan resmi pemerintah Sudan.
Pernyataan itu tidak mengungkapkan secara spesifik tentang proyek investasi Saudi tersebut, tetapi menyebutkan bahwa pembicaraan itu terfokus pada usaha mentransformasi kawasan Laut Merah menjadi area pembangunan yang luas untuk memberantas terorisme dan kemiskinan, dan meningkatkan pariwisata.
Dewan Agung yang berkuasa di Sudan, yang dibentuk untuk mengarahkan negara itu menuju pemilu demokratis tahun depan, terpecah antara warga sipil dan para jenderal militer. Minggu ini menandai pertama kalinya sejumlah besar pemimpin sipil Sudan mengunjungi Arab Saudi sejak penggulingan al-Bashir.
Saudi sebelumnya memupuk hubungan dekat dengan al-Bashir dan tampaknya mendukung orang-orang kuat militer negara itu ketimbang gerakan prodemokrasi.
Menyusul penggulingan al-Bashir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menjanjikan bantuan 3 miliar dolar kepada dewan militer Sudan, dan setengah dari jumlah tersebut telah dikirimkan.
Menteri Keuangan Sudan Gibril Ibrahim memuji pembicaraan dengan Putra Mahkota Mohammed “sangat sukses”. Ia mengungkapkan rencana negara kerajaan itu untuk meningkatkan investasi dalam infrastruktur Sudan, termasuk pertanian dan peternakan.
Lahan pertanian Sudan tetap menjadi minat utama negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, yang mengimpor sebagian besar makanan mereka dari luar negeri.
Ekonomi Sudan luar biasa terpukul pada beberapa bulan terakhir, dengan inflasi melonjak melewati 300 persen pada Januari. [ab/uh]